Jumat, 17 Agustus 2012

Ucapan Do’a Idul Fitri dan Jawabannya


Ucapan Do’a Idul Fitri Saat Bertemu
تَقَبَلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ وَكُلُّ عَامٍِ بِخَيْرٍ مِنَ العَائِدَيْنِ وَالفَائِزِيْنَ
Semoga Allah menerima ibadah saum kami & anda semua. Dan setiap tahun semoga ada dalam kebaikan. Dan semoga termasuk orang-orang yg kembali kpd kesucian & menjadi orang-orang yg beruntung.


Jawaban ucapan do’a Idul Fitri
تَقَبَّلَ يَاكَرِيْمٌ
Semoga Allah yg Mulia mengabulkannya.

DOA HARI RAYA IDUL FITRI

Add caption
DOA HARI RAYA IDUL FITRI
DOA hari Raya Idul Fitri ini dikutip dari buku Ash Shahifah As Sajjadiyyah (Kumpulan doa-doa mustajab Imam Ali Zainal Abidin as. Beliau adalah cucu Baginda Nabi Muhammad SAW). Dibaca sesudah melakukan salat Idul Fitri, sambil berdiri menghadap ke kiblat.
WAHAI Dia yang mengasihi hamba-NYA yang tak dikasihi oleh manusia lainnya. Yang mengabulkan dan menerima hamba-NYA yang tak diterima oleh negeri-negeri lain. Wahai yang memperhatikan permintaan hamba-NYA yang menghaturkan keperluan kepada-NYA. Wahaiyang tak menyia-nyiakan keinginan hamba-NYA yang bermohon kepada-NYA.

Wahai yang tidak menjawab hamba yang menghadap-NYA dengan penolakan. Wahai yang menghargai amalan kecil yang dipanjatkan pada-NYA dan menyukuri yang ringan yang telah diamalkan untuk-NYA.
Wahai yang menghargai amalan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak. Wahai yang mendekatkan diri-NYA kepada hamba yang mendekati-NYA. Wahai yang mengundang hamba-NYA yang berpaling dari-NYA untuk bergegas menuju kepada-NYA. 

Wahai yang tak mengubah nikmat-NYA dan tidak mempercepat siksaan kepada hamba-NYA. Wahai yang membuahkan kebaikan dan memaafkan kesalahan serta mengampuninya. Semua harapan bergantung pada kemurahan-MU baik untuk mengabulkan segala keinginan maupun menerima segala keperluan. Dengan kucuran anugerah-MU bejana-bejana keinginan kian penuh berhamburan. Segala sifat tak mampu melukiskan gambaran-MU.

Bagi-MU, ketinggian yang Maha Tinggi di atas segala yang tinggi, kemulian yang Maha Mulia di atas segala kemuliaan. Setiap yang besar Engkau anggap kecil dan sepele. Yang mulia menjadi hina bila berada di samping Kemuliaan-Mu. Sungguh merugi orang-orang yang bersandar dan berharap pada selain diri-MU.
Sungguh sia-sia orang-orang yang memohon pertolongan selain diri-MU yang mencari perlindungan selain kepada kemurahan-MU. Pintumu senantiasa terbuka kepada orang-orang yang mengharap-MU dan pertolongan-MU sangat dekat bagi mereka yang mengharapkannya.

Tidak kecewa orang-orang yang mengharap-MU, tidak putus asa yang mengharapkan pemberian-MU, tidak merugi yang memohon ampunan kepada-MU dari siksa-MU. Karunia-MU terbuka untuk semua, bahkan bagi si pendurhaka. Kemurahan dan santun-MU tetap berlaku, bahkan bagi mereka yang berpaling dari-MU. Kebiasaan-MU adalah berbuat baik bahkan pada mereka yang buruk. 

Sunnah-MU adalah memberi kesempatan kepada manusia yang melampaui batas yang ditentukan, sehingga kemurahanmu itu membuat mereka menahan diri untuk tidak kembali berbuat kesalahan lagi. Penanguhan-MU mencegah mereka untuk cenderung kembali berbuat kejahatan yang tercela.
Engkau menangguhkan mereka agar kembali kepada perintahmu, Engkau bubuhkan mereka dengan keyakinan akan agungnya kekuasaan-MU. Siapapun yang termasuk ke dalam kelompok orang yang berbahagia, Engkau akan akhiri hidupnya dalam kebahagiaan. 

Siapapun yang tergolong ke dalam orang-orang yang sesat, Engkau akan hina hidupnya dengan kesesatan. Semuanya tertunduk pada hokum-MU. Segala urusan berpulang kepada perintah-MU. Kekuasaan-MU tidak akan menjadi luluh bila Engkau menangguhkan mereka dalam waktu yang lama.
Hujah-MU tak pula menjadi luntur dan berkurang nilainya bila Engkau tak menangguhkan mereka. Hujjah-MU abadi selamanya. Kekuasaan-MU akan berlaku dan tak akan hilang. Maka kecelakaan yang besar bagi yang menyimpang dari ajaran-MU, kerugiaan yang nyata bagi yang menyalahi ajakan-MU, kemalangan yang pahit bagi yang tertipu oleh-MU.

Alangkah banyak perilaku yang membuat mereka terherumus ke dalam azab-MU. Alangkah panjangnya bolak-balik mereka dalam siksa-MU. Alangkah jauh harapannya memperoleh kelapangan, alangkah sulit dan outus asanya memperoleh jalan keluar yang termudah.

Semua itu berkat keadilan-MU yang tak pernah curang. Semua itu semata berdasar pada kematangan keputusan-MU yang tak pernah menyimpang dari kebenaran. Engkau telah mengajukan sekian bukti-bukti dan mengubur dalam-dalam sekian alasan. Engkau telah mengajukan ancaman sambil bermurah hati menawarkan harapan. Engkau telah membuat perumpamaan dan memperpanjang masa penangguhan.
Engkau telah menangguhkan (siksaan) padahal Engkau sanggup menyegerakan. Engkau memberi masa penangguhan, padahal Engkau kuasa mempercepat siksaan. Penangguhanmu bukan tanda kelemahan. Engkau menahan siksaan bukan tanda kelengahan dan kelemahan. Penantian-MU bukan pula ketakutan.
Semuanya itu terjadi agar hujjah-MU (pembuktian) lebih tersampaikan, kemuliaan-MU senantiasa lebih sempurna, kebaikan-MU lebih tetap. Nikmat-MU senantiasa berkembang dan berlipat. Demikian semua itu telah terjadi dan tetap akan terjadi seterusnya tiada henti dan tanpa batas.

Hujah-MU lebih banyak dari jumlah yang pernah dihitung. Kebaikan-MU tersebar lebih merata dari yang pernah disyukuri leh sekian makhluk-MU. Namun kini diriku terbuai oleh perilaku yang hanya membungkam tanpa memuji-MU. Diri ini tertekan dan tak kuasa untuk memanjatkan pujian pada-MU.
Kemampuanku terbatas dalam mengakui kekuasaan-MU. Bukannya semangat mengharap malah lebih karena kelemahan yang meliputi diri, Ya Ilahi.. Inilah hambamu yang kini menuju ke pangkuan-MU memohon karunia dan belas kasihan.

Maka limpahkanlah sejahtera kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, dengarkanlah bisikanku, kabulkanlah doaku. Jangan Engkau menutup hariku dengan kesia-siaan dan penuh kerugian, jangan tolak permintaanku. Hargailah keberadaanku yang bersujud dihadapan-MU. Kepada-Mu-lah kembali segala urusanku.

Sungguh Engkau tidak merasa susah tuk berbuat apa yang Engkau Kehendaki. Tidak pula Engkau merasa lemah dalam memberi apa yang diminta. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada rekayasa dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Selasa, 10 Juli 2012

Kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam dan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam



penulis Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib
Syariah Ibrah 22 - Februari - 2007 17:10:29
Di antara ni’mat Allah Subhanahu wa Ta’ala yg diberikan kepada Nabi Yusuf ‘alaihissalam adl dua keutamaan: Kebaikan yg bersifat lahiriah dan batiniah. Secara lahiriah Nabi Yusuf ‘alaihissalam adl seorang pemuda yg sangat tampan dan secara batiniah beliau memiliki akhlak yg sangat mulia. Dengan dua hal ini Nabi Yusuf ‘alaihissalam senantiasa bersabar ketika menjalani ujian-ujian yg diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala termasuk ketika digoda oleh wanita cantik dari kalangan bangsawan.
Kisah ini adl kisah paling menakjubkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan secara lengkap dan memaparkan dlm satu surat khusus secara terperinci dan jelas. Membaca surat ini saja sudah cukup sehingga tdk butuh penafsiran. Dan dlm surat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menguraikan keadaan Nabi Yusuf ‘alaihissalam mulai dari awal hingga akhir kisah. Lengkap dgn peralihan tempat kejadian pergantian situasi dan keadaan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ فِي يُوْسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِيْنَ
“Sesungguh ada beberapa tanda kekuasaan Allah pada Yusuf dan saudara-saudara bagi orang2 yg bertanya.”
Akan kami sebutkan beberapa faedah penting yg disimpulkan dari sejarah besar ini. Dengan memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kami memulainya.
Beberapa Pelajaran Penting dari Kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam
Kisah ini merupakan kisah yg paling baik dan jelas. Di dlm dipaparkan berbagai peralihan dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya; dari satu ujian ke ujian berikut dan dari sebuah ujian kepada karunia yg besar dari kehinaan kepada derajat kemuliaan dari rasa aman kepada rasa takut dan sebalik dan seterusnya. Maha Suci Allah yg telah menceritakan hal ini dan menjadikan sebagai pelajaran berharga bagi mereka yg bisa menggunakan akalnya. Di antara pelajaran tersebut adalah:
1. Diterangkan dlm kisah ini berbagai landasan pokok tentang ta’bir atau tafsir mimpi. Ilmu ta’bir mimpi ini adl ilmu yg cukup penting yg diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada siapa yg dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Dan umum hal-hal yg berkaitan serta dijadikan permisalan dan penyerupaan adl tentang sifat atau keadaan.
Dengan demikian mk sisi keterkaitan mimpi Nabi Yusuf ‘alaihissalam di mana beliau melihat matahari bulan dan sebelas bintang bersujud kepada adl sebagai berikut: Semua ini adl benda-benda yg menghiasi langit yg mempunyai berbagai manfaat. Begitu pula hal para nabi ulama orang2 pilihan mereka adl perhiasan di muka bumi. Dengan perantaraan mereka seseorang akan terbimbing dlm kehidupan di bumi sebagaimana dia terbimbing pula dgn cahaya dari langit .
Ayah dan ibu adl sumber sedangkan saudara-saudara adl cabang . mk sangat sesuai jika bentuk dan cahaya asal atau sumber lbh besar daripada cabang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matahari atau bulan adl permisalan bagi ayah atau ibunya. Bintang-bintang menggambarkan saudara-saudaranya. Dan menyangkut hal ini bahwa orang yg bersujud menunjukkan penghormatan kepada yg dia sujudi. Dan yg menerima sujud ini dia diagungkan lagi dihormati. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf ‘alaihissalam menjadi seorang yg diagungkan dan dihormati oleh kedua ibu bapak serta saudara-saudaranya.
Namun hal ini tdk akan sempurna kecuali dgn beberapa pendahuluan yg menggiring kepada semua perkara ini. Di antara adl ilmu dan amalan serta sebagai pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
وَكَذلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ
“Dan demikianlah Rabbmu telah memilihmu.”
Terkait dgn mimpi kedua pemuda yg dipenjara bersama Nabi Yusuf ‘alaihissalam beliau menta’birkan mimpi seorang di antara mereka yg memeras anggur. Dan ini menunjukkan bahwa orang yg melakukan pekerjaan ini biasa adl pelayan bagi orang lain. Juga kenyataan bahwa perasan anggur itu utk orang lain sedangkan pelayan biasa mengikuti yg dilayani. Atau dapat pula ditakwilkan memeras anggur di sini dgn memberi minum yg juga menunjukkan pelaku adl pelayan bagi orang lain. Oleh sebab itulah beliau menakwilkan kepada hal yg sesuai.
Adapun mimpi orang yg melihat diri membawa roti di atas kepala dan sebagian dimakan oleh burung beliau menakwilkan bahwa dia akan dibunuh dan disalib sehingga burung memakan otaknya.
Lalu beliau menafsirkan mimpi Raja Mesir yg melihat beberapa ekor sapi dan butir-butir gandum sebagai masa-masa subur dan paceklik. Hubungan adl bahwa melalui raja itulah terikat segala persoalan kemaslahatan rakyat. Apabila raja baik mk baik pula urusan rakyat dan apabila raja buruk urusan rakyat juga akan rusak. Inilah hubungan ketika dia melihat mimpi itu.
Apalagi tahun-tahun kesuburan dan paceklik terkait dgn keteraturan kehidupan atau tidaknya. Sapi termasuk alat utk membajak tanah dan mengolah pertanian. Di sini terlihat ada sebab dan akibat. dlm mimpi itu terlihat pula 7 ekor sapi gemuk dan 7 ekor sapi kurus 7 tangkai gandum yg hijau dan 7 tangkai yg kering. Maksud tentu akan ada 7 tahun yg subur yg disusul 7 tahun kekeringan. Apa yg didapatkan dari pertanian diambil dan tdk disisakan kecuali sedikit yg mereka simpan.
Kalau dikatakan darimana diambil pengertian ayat:
ثُمَّ يَأْتِي مِنْ بَعْدِ ذلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ
“Kemudian setelah itu akan datang tahun yg pada manusia diberi hujan dan di masa itu mereka memeras anggur.”
Karena beberapa ahli tafsir mengatakan bahwa ini adl tambahan dari Nabi Yusuf ‘alaihissalam dlm menerangkan takwil mimpi menurut wahyu yg diterimanya?
Jawabnya: Persoalan tidaklah demikian. Sesungguh perkataan tersebut juga diucapkan berdasarkan mimpi raja itu. Karena masa-masa kekeringan hanya 7 tahun. Ini menunjukkan akan datang sesudah tahun-tahun kesuburan penuh keberkahan yg akan menghapus kekeringan yg terjadi pada masa paceklik yg tdk dapat terhapus oleh masa-masa subur yg biasa. Namun hanya akan hilang dgn masa subur yg luar biasa keadaannya. Ini sangat jelas dan termasuk mafhum al-’adad .
2. Di dlm terdapat dalil atau bukti tentang kenabian Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu dgn diceritakan sejarah ini secara terperinci dan panjang lebar kepada beliau sesuai kenyataan yg mempunyai maksud dan tujuan yg jelas. Padahal beliau tdk membaca kitab orang2 terdahulu. Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk pernah belajar kepada seorangpun sebagaimana yg jelas diketahui oleh kaumnya. Beliau sendiri adl seorang ummi tdk pandai membaca dan menulis. Sebab itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ذلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُوْنَ
“Demikian itu di antara berita ghaib yg Kami wahyukan kepadamu padahal kamu tdk berada di sisi mereka ketika mereka memutuskan rencana dan mengatur tipu daya.”
3. Sepantas seorang manusia menjauhi faktor-faktor atau jalan yg mendorong kepada kejahatan. Dan hendak dia menyembunyikan hal-hal yg dikhawatirkan menimbulkan kemudaratan bagi dirinya. Sebagaimana perkataan Nabi Ya’qub kepada Yusuf dlm kisah ini:
لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوا لَكَ كَيْدًا
“Janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu mk mereka akan membuat makar terhadapmu.”
4. Boleh menerangkan sesuatu yg tdk menyenangkan kepada seseorang dgn jujur dan sebagai nasehat bagi diri dan orang lain yg terkait. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang ucapan Nabi Ya’qub:
فَيَكِيْدُوا لَكَ كَيْدًا
“Maka mereka akan membuat makar terhadapmu.”
5. Bahwa keni’matan yg diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada seseorang adl ni’mat pula bagi orang2 yg berkaitan atau berhubungan dengan baik keluarga kerabat ataupun sahabat-sahabatnya. Tentu semua itu mencakup atau meliputi mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوْبَ
“Dan disempurnakan-Nya ni’mat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub.”
Yaitu dgn semua yg engkau terima. Oleh krn itu ketika ni’mat itu semakin sempuna dirasakan oleh Nabi Yusuf keluarga Nabi Ya’qub juga mendapatkan kemuliaan kekuasaan dan kegembiraan. Hilanglah hal-hal yg tdk menyenangkan yg selama ini mereka rasakan dgn muncul hal-hal yg menyenangkan sebagaimana disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di akhir kisah ini.
6. Nikmat paling besar yg dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia adl ni’mat diniyah . Dan semua itu harus ada sebab-sebab yg mendahului serta jalan-jalan yg membawa kepada keni’matan ini. Karena sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala –Yang Maha Memiliki hikmah dan mempunyai sunnah yg tdk berubah– telah menetapkan bahwa cita-cita yg tinggi tdk mungkin tercapai kecuali dgn sebab yg bermanfaat. Khusus dlm hal ini adl ilmu bermanfaat berikut cabang-cabang seperti akhlak dan perbuatan. Oleh krn itulah Nabi Ya’qub mengetahui bahwa Yusuf telah mencapai kedudukan yg mulia ini di mana ayah ibu serta saudara-saudara tunduk hormat kepadanya. Semua ini sudah tentu dgn kemudahan yg Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada Nabi Yusuf utk menempuh sebab atau jalan menuju derajat yg tinggi ini. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَكَذلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ اْلأَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ
“Dan demikianlah Rabbmu telah memilih kamu dan mengajarkan kepadamu sebagian takwil mimpi dan menyempurnakan ni’mat-Nya kepadamu.”
7. Sikap adil adl perkara yg sangat dituntut dlm tiap permasalahan. dlm masalah hubungan penguasa dan rakyat kedua orang tua dgn anak-anak hak-hak para isteri dan lain-lain yg juga berkaitan dgn hubungan kasih sayang dan itsar . Menegakkan keadilan dlm tiap permasalahan ini akan berbuah keserasian semua persoalan besar dan kecil sekaligus akan mendatangkan segala sesuatu yg disenangi.
Sebalik apabila keadilan itu tdk ada jelas akan menyebabkan kerusakan dan hal-hal yg tdk menyenangkan tanpa terasa. Karena itulah ketika Nabi Ya’qub ‘alaihissalam melebihkan rasa kasih sayang terhadap Yusuf menimbulkan ketidaksenangan pada saudara-saudara Yusuf terhadap ayah dan saudara mereka ini.
8. Peringatan keras tentang bahaya dosa. Betapa banyak dosa yg melahirkan dosa-dosa berikutnya. Perhatikan kejahatan yg dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf. Mereka ingin memisahkan Yusuf dari ayah dan ini adl suatu kejahatan. Kemudian mereka melancarkan berbagai muslihat. Mereka berdusta hingga beberapa kali misal dgn menunjukkan baju Nabi Yusuf yg berlumur darah palsu kepada Ya’qub. Juga ketika mereka pulang sore hari sambil menangis. Jelas bahwa ucapan-ucapan yg terdapat dlm kasus ini berantai dan berbelit-belit.
Bahkan tdk jarang hal ini berlanjut ketika mereka berkumpul dgn Yusuf dan tiap kali membahas masalah ini. Namun semua adl dusta dan palsu dgn musibah yg terus menimpa Nabi Ya’qub serta Nabi Yusuf. mk hendaklah seorang manusia berhati-hati dari perbuatan dosa terutama dosa yg datang susul menyusul.
Lawan dari ini semua adl sebagian ketaatan yg merupakan satu ketaatan akan tetapi manfaat berkelanjutan. Demikian pula berkahnya. Bahkan semua ini dapat dirasakan tdk hanya oleh pelaku tapi juga oleh orang lain. Semua ini merupakan pengaruh paling besar dari berkah yg Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada seseorang baik dlm ilmu dan amalannya.
9. Pelajaran berharga bagi seorang hamba bergantung kepada kesempurnaan di akhir perjalanan bukan pada kekurangan yg ada di awalnya. Begitu pula hal anak-anak Nabi Ya’qub ‘alaihissalam. Terjadi berbagai kekeliruan di awal kisah kehidupan mereka. Kemudian semua itu berujung pada taubat nashuha pengakuan yg tulus dan pemaafan yg sempurna dari Yusuf dan ayah mereka serta doa kebaikan dan ampunan serta rahmat bagi mereka. Kalau seorang manusia telah memberikan keringanan atau memaafkan seseorang berkaitan dgn suatu hak tertentu mk Allah Subhanahu wa Ta’ala lbh berhak berbuat demikian. Dan Dia adl Sebaik-baik Yang Penyayang lagi Maha Pengampun.
Oleh krn itulah yg paling benar dari semua pendapat yg ada bahwa sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan mereka sebagai nabi dgn menghapus semua kekeliruan yg telah mereka lakukan. Seakan-akan pernyataan ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ وَاْلأَسْبَاطِ
“Dan pula dgn apa yg diturunkan kepada Ibrahim Isma’il Ishaq Ya’qub dan al-asbath.”
Al-Asbath adl anak-anak Ya’qub yg duabelas orang dan anak cucu mereka. Pendapat ini diperkuat dgn mimpi yg dilihat Nabi Yusuf bahwa mereka adl bintang-bintang yg mempunyai cahaya dan petunjuk. Semua ini adl sifat-sifat yg juga terdapat pada diri para nabi. Seandai mereka bukan tergolong nabi mereka adl para ulama di kalangan hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.
10. dlm kisah ini diterangkan betapa besar anugerah yg Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada Yusuf berupa ilmu hilm akhlak yg mulia berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada agama-Nya. Juga pemberian maaf yg segera dilakukan terhadap saudara-saudara yg bersalah. Hal itu semakin lengkap ketika beliau mengatakan bahwa tdk ada cercaan atas mereka sesudah pemaafan ini. Kemudian kebajikan yg besar kepada kedua ibu bapak limpahan kebaikan kepada saudara-saudara serta makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala pada umumnya. Semua ini sangat jelas tergambar dlm sejarah hidup Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
11. Sebagian kejahatan lbh ringan dari yg lain. Menempuh suatu kemudaratan yg lbh ringan dari dua mudarat yg ada jelas lbh utama. mk tatkala saudara-saudara Nabi Yusuf mengatakan :
اقْتُلُوا يُوْسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا
“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah.”
Lalu ada yg memberikan saran :
لاَ تَقْتُلُوا يُوْسُفَ وَأَلْقُوْهُ فِي غَيَابَةِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِيْنَ
“Janganlah kamu bunuh Yusuf tetapi lemparkanlah dia ke dasar sumur supaya dipungut oleh sebagian musafir kalau kamu hendak berbuat.”
Tentu perkataan ini lbh baik dari pendapat yg lain dan lbh ringan. Sehingga berdasarkan hal ini pula menjadi ringan pula dosa mereka. Ini merupakan sebagian dari sebab atau jalan yg telah Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan bagi Nabi Yusuf utk mencapai derajat yg diinginkan.
12. Segala sesuatu yg diperoleh dari suatu usaha dan menjadi bagian dari harta namun orang2 yg mengusahakan tdk mengetahui bahwa itu tdk dilandasi syariat mk tdk ada dosa bagi yg langsung memperjualbelikan memanfaatkan atau menggunakan utk suatu kepentingan. dlm kisah ini boleh dikatakan Nabi Yusuf dijual oleh saudara-saudara dgn cara yg diharamkan bagi mereka. Kemudian beliau dibeli oleh sebagian musafir berdasarkan anggapan bahwa beliau adl budak saudara-saudaranya. Setelah itu mereka membawa ke Mesir dan menjual kembali.
Tinggallah beliau bersama majikan sebagai seoang pelayan atau budak. Namun di tengah-tengah mereka Nabi Yusuf adl seorang pelayan yg dihormati. Allah Subhanahu wa Ta’ala menamakan jual beli yg dilakukan musafir itu muamalah dgn alasan yg telah kami paparkan.
13. dlm kisah ini disebutkan bahaya berkhalwat dgn wanita ajnabiyah khusus wanita-wanita yg dikhawatirkan akan menjerumuskan kepada fitnah. Juga anjuran agar menjauhi perasaan cinta atau suka yg dapat menimbulkan mudarat.
Dalam kisah ini disebutkan bagaimana isteri pembesar tersebut mengalami hal ini krn sendirian bersama Yusuf ditambah lagi rasa cinta yg demikian hebat sehingga akhir dia menggoda Yusuf dgn cara sedemikian rupa. Akan tetapi kemudian dia justru mengingkari bahwa dialah yg merayu Nabi Yusuf sehingga akhir Nabi Yusuf dipenjara utk waktu yg lama.
14. Keinginan yg ada dlm diri Nabi Yusuf yg kemudian beliau tinggalkan krn Allah Subhanahu wa Ta’ala dan krn bukti keimanan yg Allah Subhanahu wa Ta’ala letakkan dlm hati termasuk hal-hal yg menaikkan derajat beliau semakin dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena suatu keinginan adl salah satu faktor pendorong yg timbul dari hawa nafsu yg selalu menyuruh kepada kejahatan. Ini adl naluri atau tabiat yg ada pada anak Adam .
Maka apabila keinginan itu terlaksana dgn kemaksiatan dan tdk ada sesuatu baik keimanan ataupun rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yg menghalangi dari kemaksiatan itu mk dia telah terjatuh kepada dosa. Dan jika seseorang itu beriman sempurna mk keinginan naluriah ini apabila dihadapi oleh iman yg benar dan kuat akan mencegah dari pengaruh yg ditimbulkan oleh keinginan tersebut meskipun dorongan itu demikian hebat. Dan Nabi Yusuf ‘alaihissalam berada di atas tingkatan ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَوْلاَ أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ
“Andaikata dia tdk melihat tanda dari Rabbnya.”
Hal ini ditunjukkan pula dlm ayat:
كَذلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِيْنَ
“Demikianlah agar Kami memalingkan daripada kemungkaran dan kekejian. Sesungguh Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yg terpilih.”
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengistimewakan dan kekuatan iman serta keikhlasan Allah Subhanahu wa Ta’ala melepaskan beliau agar tdk terjerumus kepada perbuatan dosa. Jelas dari kisah ini bahwa Nabi Yusuf adl termasuk segelintir manusia yg takut kepada kebesaran Rabb dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Beliau termasuk yg paling tinggi derajat di antara 7 golongan dari orang2 yg Allah Subhanahu wa Ta’ala lindungi dgn naungan-Nya pada hari yg tdk ada lagi naungan selain naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan dlm sabda beliau bahwa salah satu dari tujuh golongan itu adl seorang laki2 yg dirayu oleh seorang wanita kaya dan cantik jelita namun laki2 itu berkata: “Sesungguh aku takut kepada Allah.”1
Sementara keinginan wanita itu yg tdk ada yg menghalangi tetap mendorong utk merayu Nabi Yusuf. Adapun keinginan yg muncul pada Nabi Yusuf kemudian lenyap dgn seketika setelah melihat burhan dari Rabbnya.
15. Keimanan yg telah tertanam dlm kalbu seseorang kemudian hati itu diterangi cahaya ma’rifat dan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan bahwa dia adl seorang yg ikhlas krn Allah Subhanahu wa Ta’ala dlm segenap keadaannya. Allah Subhanahu wa Ta’alaakan menjauhkan dari tiap kejahatan dan kekejian dgn tanda keimanan itu. Bahkan juga menjauhkan dari berbagai jalan kemaksiatan sebagai balasan keimanan dan keikhlasannya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan bahwa hal-hal inilah yg menjadi alasan Dia menjauhkan kejelekan dan kekejian itu dari Nabi Yusuf. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
كَذلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوْءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلِصِيْنَ
“Sesungguh Yusuf termasuk hamba-hamba Kami yg mukhlis .”
Arti seperti ini apabila disandarkan kepada bacaan yg melafadzkan bunyi lam pada kata mukhlas dikasrah sehingga dibaca mukhlis yg arti sebagaimana yg tercantum. Sedangkan menurut bacaan yg melafalkan lam dgn bunyi a tadi arti ialah apabila seorang hamba yg telah Allah Subhanahu wa Ta’ala bersihkan dan Allah Subhanahu wa Ta’ala pilih mk tentulah dia seorang yg mukhlis dgn demikian kedua pengertian ini saling berkaitan.
16. Apabila seseorang diuji dgn berada di tempat yg mengandung fitnah dan jalan yg membawa kepada kemaksiatan hendak dia segera berupaya menghindar dan meninggalkan tempat itu semampunya agar selamat dari kejahatan tersebut. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Yusuf yg menyelamatkan diri menuju pintu keluar sementara wanita itu berusaha menarik baju dari belakang.
17. Suatu qarinah atau hal-hal yg mendukung dapat digunakan ketika terjadi kesamaran dlm suatu tuduhan. Arti perlu saksi dlm menentukan suatu keputusan dari suatu kasus di mana dlm kasus Nabi Yusuf ini ditetapkan dgn ada qarinah . Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنْ كَانَ قَمِيْصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِيْنَ. وَإِنْ كَانَ قَمِيْصُهُ قُدَّ مِنْ دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِيْنَ
“Jika baju koyak di muka mk wanita itu benar dan Yusuf termasuk orang2 yg dusta. Dan jika baju koyak di belakang mk wanita itulah yg dusta dan Yusuf termasuk orang2 yg benar.”
Akhir keputusan sesuai dgn fakta yg benar. Juga qarinah terdapat piala raja di dlm karung saudara ketika para penjaga itu menyebutkan bahwa mereka kehilangan piala raja.
17. dlm kisah disebutkan tentang ketampanan lahir batin yg dimiliki Nabi Yusuf. Dari ketampanan lahiriah yg dimiliki menyebabkan tumbuh rasa cinta begitu hebat dlm diri wanita bangsawan itu. Dan ketika dia mendengar para wanita di kota itu mencela dia mengundang mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلاَّ مَلَكٌ كَرِيْمٌ
“Maka tatkala wanita itu mendengar cercaan mereka diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakan bagi mereka tempat duduk dan diberikan kepada masing-masing mereka sebuah pisau lalu dia berkata : ”Keluarlah kepada mereka!” Tatkala para wanita itu melihat mereka kagum akan dan mereka mengiris jari mereka dan berkata: “Maha Suci Allah. Ini bukanlah manusia. Sesungguh ini tdk lain adl malaikat yg mulia.”
Sedangkan keindahan batin beliau terlihat dari sikap ‘iffah yg besar pada diri beliau seiring dgn ada dorongan yg kuat utk terjerumus kepada kemaksiatan. Akan tetapi cahaya keimanan dan kekuatan keikhlasan yg tdk mungkin seorang mulia menyimpang dari kedua dan tdk mungkin terkumpul pada orang yg hina .
Bahkan telah dijelaskan pula oleh isteri pembesar itu bahwa dua karakter ini ada pada diri Nabi Yusuf. Yakni ketika dia memperlihatkan kepada para wanita itu kecantikan lahiriah yg diakui pula oleh mereka bahwa kecantikan ini tdk mungkin ada pada manusia isteri pembesar itu berkata sebagaimana yg Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dlm ayat:
وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ
“Dan sesungguh aku telah menggoda dia utk menundukkan diri kepadaku tapi dia menolak.”
Kemudian dia mengatakan pula sesudah perkataan itu:
اْلآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ أَنَا رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِيْنَ
“Sekarang jelaslah kebenaran itu akulah yg menggoda utk menundukkan diri kepadaku dan sesungguh dia termasuk orang2 yg benar.”
18. Nabi Yusuf ‘alaihissalam lbh memilih dipenjara daripada terjerumus kepada kemaksiatan. Demikianlah seharus ketika seseorang dihadapkan kepada satu dari dua pilihan; jatuh kepada kemaksiatan atau menerima hukuman dunia. Seharus dia memilih hukuman duniawi yg justru di balik itu terdapat pahala dari beberapa sisi pahala atas pilihan terhadap keimanan daripada keselamatan dari hukuman dunia pahala dari segi bahwa hal ini adl bentuk penyucian dan pemurnian seorang mukmin di mana hal ini termasuk dlm kerangka jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga pahala dari sisi musibah yg diterima serta sakit yg dirasakannya.
Maha Suci Allah yg memberikan keni’matan dan menunjukkan kelembutan-Nya kepada hamba-hamba pilihan-Nya melalui cobaan atau ujian-Nya. Hal ini juga merupakan tanda-tanda keimanan dan kebahagiaan.
1 HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah dlm Shahih- no. 620 1334 6308.
Sumber: www.asysyariah.com

LMU PENGASIHAN NABI SULAIMAN

Ilmu ini umum di kenal di pesantren yang biasa disebut dengan ilmu mahabbah atau ternd-nya pengasihan atau pelet. Ilmu ini diambil dari kisah nabi sulaiman saat manaknukkan ratu bilqis, atas dasar itulah ilmu ini saya beri nama pengasihan sulaiman.

Amalan ini bisa langsung digunakan tanpa puasa atau laku khusus, yang penting yakin bahwa apa yang kita baca akan berhasil.

Amalan tersebut yaitu "INNAHU MIN SUALIMAAN WA INNAHU BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM ALLAA TA'LUU 'ALAYYA WA'TUNI..... (sebut nama dan bayangkan orang yang anda tuju) MUSLIMIN" bacalah 3x atau sampai yakin, setalh itu sugestikan bahwa dengan kekuatan bismillah sasaran anda akan bertekuk lutut kepada anda, setelah itu hentakkan kaki kiri anda ke tanah 3x dengan sugesti anda sedang menghentak hentakkan hatinya sasaran anda.

setelah melakukan cara diatas dekati sasaran anda dan mulailah beraksi.
INGAT RESIKO DI TANGGUNG PENUMPANG, PENULIS GAK TANGGUNG JAWAB, INI DI UARIKAN AGAR SIAPA SAJA BERHATI HATI DENGAN SI HIDUNG BELANG

Amalan Nabi Khidir untuk kecerdasan

Amalan Nabi Khidir untuk kecerdasan

Barang siapa yang selalu lupa karena faktor usia tua atau memang punya sifat pelupa, maka untuk menghilangkan sifat pelupa menjadi seorang yang kuat ingatannya (cerdas) hendaklah selalui membaca amalan Nabi Hidir brikut ini:

"Allahhumma Sholli 'alaa sayyidinaa muhammadin wa alihi kamaa laanihaayatin likamaalihi wa'ada kamaaluhu"


Diriwayatkan oleh syeh salam bin ahmad bahwa amalan tersebut amalan Saidina Hidir Alaihi salam, dan atas amalan ini telah diceritakan oleh syeh 'Ali yaitu seorang ulama buta kedua matanya.

Doa Nabi Yunus as

Doa Nabi Yunus as

Nabi Yunus as adalah salah seorang dari nabi-nabi Ilahi. Beliau as menyeru umat kepada tauhid dan pengesaan Tuhan dalam jangka waktu yang lama. Akan tetapi seruan dan tabligh lama ini tidak memberikan hidayat kepada umat dan mereka berkeras kepala kepada kekafiran. Pada saat inilah nabi Yunus as merasa marah terhadap kebodohan dan kekafiran mereka, sebelum meminta izin kepada Allah swt beliau as telah keluar dari kota tersebut dan menuju ke gurun. Beliau as terus pergi hingga sampai ke laut. Dengan kekuasaan Ilahi seekor ikan besar membuka mulutnya dan menelan nabi Yunus. Nabi Yunus as terpenjara di perut ikan tanpa dikunyah olehnya dan beliau as menyadari ini adalah balasan perbuatan kepada beliau as yang melepaskan tugas tanpa seizin Allah swt.
Dalam persyaratan demikian dengan hati yang patah dan terputus dari harapan dari semua tempat beliau as berdoa dan mengatakan:
لا إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحانَكَ إِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمينَ
“Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang lalim.”[1]
Allah swt di dalam al-Qur’an berfirman: “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.”[2]
Nabi Yunus as yang selamat dari perut ikan dan laut yang dalam, kembali ke tempat yang diperintahkan semula dan umat yang telah sadar semasa kepergian beliau as, mengerumuni beliau as dan memilih jalan suci dan penyembahan kepada Allah swt di depan mereka.
Beberapa Poin Penting
1- Pada akhir kisah nabi Yusuf as Allah swt berfirman: “وكذلكَ نُنجِى المؤمنين” (Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman). Seakan-akan kisah nabi Yunus as terdapat di dalam al-Qur’an untuk menyatakan hukum universal dan sunnatullah yang abadi ini yaitu: Menyelamatkan kaum Mukminin yang tertimpa musibah adalah sebuah program continyu Allah swt yang berjalan pada setiap masa, tempat dan seluruh generasi.
Sangat jelas bahwa ini adalah berita gembira dan menyenangkan bagi kita semua.
Nabi Islam kita Muhammad saw bersabda: “Apakah kalian ingin aku tunjukkan kepada “ism a’dham Ilahi” (nama agung Allah) yang setiap kali Allah swt diseru dengan nama itu akan memberikan jawaban dan setiap kali dimohonkan dari-Nya dengan nama tersebut akan ditimpali? Itulah doa nabi Yunus as yang beliau baca dalam kegelapan: “لا إِلهَ إلّا أنتَ سُبْحانَكَ إِنِّى‏ كُنْتُ مِنَ الظّالمينَ”
Seseorang bertanya: Wahai Rasulallah! Apakah doa ini khusus untuk nabi Yunus ataukah bagi seluruh kaum Mukminin?
Nabi saw menjawab: Apakah engkau tidak mendengar lanjutan ayatnya: “وَكَذلِكَ نُنْجِى المُؤمِنينَ”.[3]
2- Kaum Urafa’ Ilahi memiliki perhatian luar biasa terhadap doa nabi Yunus as dan menamakannya dengan “Zikir Yunusiyah”.
3- Doa-doa para maksum (orang-orang yang terjaga dari perbuatan dosa) memiliki akan Qur’ani. Karena mereka adalah putera-putera al-Qur’an dan menimba manfaat dari makrifat jernih Qur’ani. Imam Husain as dengan mengutip doa nabi Yunus mengatakan di dalam doa Arafah:
لا إلهَ إلّا أنْتَ سُبْحانَكَ إنّى‏ كُنْتُ مِنَ الظالمينَ. لا إلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مَنَ المُسْتَغْفِرينَ. لا إلهَ إلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ إنّى‏ كُنْتُ مِنَ المُوَحِّدينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الخائِفينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الوَجِلينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الرَّاجينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ الرّاغِبينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ المُهَلِّلينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ السّائِلينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ المُسَبِّحينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ اِنّى‏ كُنْتُ مِنَ المُكَبِّرينَ. لا اِلهَ اِلّا أَنْتَ سُبْحانَكَ رَبّى‏ ورَبُّ آبائي الأَوَّلينَ
“Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang meminta pengampunan. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang meng-Esakan-(Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang khawatir (terhadap azab-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang takut (kepada-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berharap (kepada-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menginginkan(Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bertahlil (mengucapkan la ilaha illallah [Tiada Tuhan Selain Allah]). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang meminta (kepada-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bertasbih (kepada-Mu). Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang bertakbir. Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau Tuhanku dan Tuhan ayah-ayahku yang terdahulu.”
Beberapa Hadis Seputar Keutamaan Doa Ini
1- Nabi Islam Muhammad saw bersabda: “Setiap orang Muslim sakit yang membaca doa ini, bila dalam sakitnya (tidak memperoleh kesembuhan dan) meninggal dunia maka akan diberikan pahala orang yang syahid, dan bila mendapatkan kesembuhan dan membaik maka seluruh dosanya diampuni.”[4]
2- Rasulullah saw bersabda: Apakah kalian ingin aku beritahukan tentang sebuah doa yang setiap kali kalian baca dalam setiap kondisi sedih dan bencana maka kelapangan akan diperoleh? Para sahabat menjawab: Ya, Wahai Rasulallah. Beliau saw bersabda: “(Yaitu) doa nabi Yunus as yang menjadi santapan ikan: “لَا اِلهَ اِلَّا اَنْتَ سُبْحَانَکَ اِنِّی کنْت مِنَ الظّالِمِیْنَ”.[5]
3- Imam Shadiq as berkata: “Aku heran terhadap orang yang tertimpa kesedihan, bagaimana tidak membaca doa ini “لَا اِلهَ اِلَّا اَنْتَ سُبْحَانَکَ اِنِّی کنْت مِنَ الظّالِمِیْنَ”, karena Allah swt selanjutnya berfirman: “فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَ نجََّيْنَاهُ مِنَ الْغَمّ‏ِ  وَ كَذَالِكَ نُنجِى الْمُؤْمِنِين‏”.[6]
4- Almarhum Kulaini menukil: Seseorang berasal dari Khurasan bertemu dengan Imam Shadiq as antara Mekah dan Madinah di Rabadhah dan menyatakan: Semoga aku menjadi taruhan Anda! Hinnga kini aku masih belum dikaruniai anak, apa yang harus aku lakukan?
Imam Shadiq as menjawab: “Ketika engkau kembali ke negerimu dan ingin mendatangi isterimu maka bila engkau menginginkah demikian bacalah ayat: “وَ ذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى‏ فىِ الظُّلُماَتِ أَن لَّا إِلَاهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنىّ‏ِ كُنتُ مِنَ الظَّلِمِين‏”, Insya Allah engkau akan dikarunia anak.”[7]

Senin, 09 Juli 2012

Do’a Nabi Yusuf AS

Do’a Nabi Yusuf AS


Surat Yusuf: 33
رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ
وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ
Artinya:
“Wahai Tuhan-ku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau Hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.”
Tafsir:
Dia berkata, “Rabbi, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka dariku, tentulah aku pun akan cenderung kepada (keinginan) mereka, dan jadilah aku termasuk di antara orang-orang yang bodoh.”
Qāla (dia berkata), yakni Yusuf.
Rabbi (“Rabbi), yakni wahai Tuhan-ku.
As-sijnu ahabbu ilayya mimmā yad‘ūnanī ilaihi (penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku), yakni daripada berzina.
Wa illā tashrif ‘annī kaidahunna (dan jika Engkau tidak menghindarkan tipu daya mereka dariku), yakni dari reka perdaya mereka.
Ash-bu ilaihinna wa akum minal jāhilīn (tentulah aku pun akan cenderung kepada [keinginan] mereka, dan jadilah aku termasuk di antara orang-orang yang bodoh”), yakni orang yang melupakan Nikmat dari-Mu. Menurut pendapat yang lain, dan jadilah aku termasuk di antara orang-orang yang berzina.

ILMU PENGASIHAN AURA YUSUF

ILMU PENGASIHAN

AURA YUSUF

Seperti yang telah saya jelaskan dalam Kajian Ilmu-Ilmu Gaib: “Tentang Ilmu Pengasihan”. Seseorang yang membekali dirinya dengan ilmu pengasihan lebih mudah sukses dalam kehidupannya. Karena akan lebih dikasihi banyak orang, diterima dimana saja, mudah bergaul jadi banyak teman dan saudara, cepat dapat pasangan, diperlakukan baik oleh siapa saja apalagi oleh calon mertua atau atasan/boss, mudah dipercaya teman/relasi/konsumen/klien, mudah cari kerja, mudah tembus tes wawancara pekerjaan dan akhirnya rejekipun jadi lancar. Ada banyak sekali Ilmu-Ilmu Pengasihan. Berikut ini saya jabarkan salah satu Ilmu Pengasihan Umum yang bernama Ilmu Pengasihan Aura Yusuf.
RIWAYAT
Sesungguhnya Tuhan pernah menciptakan satu anak manusia yang diberi kelebihan berupa wajah yang rupawan dan kerajaan yang besar. Ia disebut sebagai manusia tertampan didunia sepanjang masa. Ketampanan semua orang dijagad raya ini tidak bisa dibandingkan dengan ketampanannya. Ibarat bila sekarang ada pemenang audisi sebagai orang tertampan didunia, maka ketampanan orang tersebut baru seperseratusnya dari ketampanan hamba Tuhan ini.
Semua wanita baik tua/muda, single atau sudah bersuami, bila melihatnya maka akan kagum luarbiasa. Bila semua wanita yang sedang mengupas buah dengan pisau menatapnya, maka akan terlenalah semua wanita itu hingga teririslah tangannya oleh pisau yang sedang dipegangnya. Karena ketampanannya orang ini, semua wanita jadi terlena, jatuh hati dan lupa kepada suami. Dan kaum laki-laki pun mengakui ketampanan orang ini, hingga selalu mempunyai rasa was-was dan khawatir bila istrinya terlena terhadapnya. Orang tertampan tersebut adalah Yusuf as. Selain dikarunia bagus rupa, bagus budi pekerti, kerajaan yang besar beliau juga seorang Nabi, hamba utusan Tuhan.
ILMU PENGASIHAN AURA YUSUF
Berangkat dari cerita keelokan Nabi Yusuf as inilah, kemudian muncul yang namanya Ilmu Pengasihan Aura Yusuf. Ada juga yang menyebutnya Doa Nabi Yusuf. Sebagai berikut:
Doa Yusuf
Allahummaj ‘alnii nuuru Yusufa ‘ala wajhii fa man ro aanii yuhibbunii mahabbatani.
Artinya: “Ya Allah ya Tuhan kami, jadikanlah nur cahaya (ketampanan) Nabi Yusuf AS atas wajahku, barang siapa yang melihatku ia menjadi kagum dan cinta kasih kepadaku”.
Cara mengamalkannya:
Untuk menghayati agar Ilmu Pengasihan ini terpatri dalam diri, maka sebelumnya kerjakan dulu Puasa selama 7 hari. Selama masa puasa dan setelah usai menjalani puasa amalkanlah doa Yusuf tersebut sebagai berikut:
  • Setiap habis shalat, bacalah doa diatas 7 kali sambil menahan nafas. Kemudian tiupkan ke kedua telapak tangan lalu diusapkan diwajah dan badan.
  • Pada saat bercermin, bacalah doa diatas 7 kali.
  • Pakailah minyak wangi (parfum) Non Alkohol, sebelum memakainya bacalah doa diatas 7 kali.
  • Bagi yang pria: Setiap bulan purnama (tanggal 15 bulan Jawa/Arab), tataplah bulan kemudian bacalah doa tersebut 7 kali. Sertai dengan sugesti yang kuat.
  • Bagi yang Wanita: Pada tengah malam di hari kelahiran anda (weton), mandilah dengan air bunga setaman. Sesudah mandi bacalah doa tersebut 7 kali.
Berikut ini contoh doa mahabbah yang khusus untuk ditujukan kepada seseorang :
  1. Lakukan selama 7 malam berturut-turut. Bacalah doa Aura Yusuf diatas sebanyak … kali.
  2. Lalu ucapkan dengan agak keras (mantap) : “Wahai saudaraku Yusuf, aku mencintai …, aku ingin ia juga mencintaiku. Ya Allah kabulkanlah keinginanku”.
Dengan amalan ilmu Pengasihan Aura Yusuf diatas niscaya pancaran aaura kharismatik dan inner beauty anda akan semakin meningkat (terang). Dapat dites dengan foto aura. Bila ada hal yang kurang jelas, silahkan membaca diskusi kolom komentar dibawah ini. Semoga bermanfaat.
***
Pantangan :
Jangan sekali-kali merusak pagar ayu!!


Sumber : http://rasasejati.wordpress.com/ijazah-umum/ilmu-pengasihan/

MAHABBAH NABI YUSUF

DO’A NABI YUSUF

ILMU PEMIKAT NABI YUSUF


Assalamu’alaikum wr wb.
Salam ta’zim buat semua saudara muslim saya selain DO’A BASMALAH & DO’A IBRAHIM saya juga di ijazahi oleh KH.AMIR di banten tentang DO’A NABI YUSUF, Doa ini sekarang sudah tidak lagi saya amalkan karena saya alhamdulillah sudah mempunyai istri, Do’a nabi yusuf sudah saya buktikan sendiri, do’a ini mempunyai karomah tentang MAHABBAH, bagi yang belum mempunyai jodoh silahkan amalkan do’a ini, saya insya allah ikhlas mengijazahkan pada saudara bila di gunakan hanya untuk mencari jodoh bukan untuk main main.
Berikut do’anya:

 

“BISMILLAAHI, ALLAAHUMA YA ALLAAHU, YA ALLAAHU, YA ALLAAHU , YA MUHAMMAD , YA MUHAMMAD , YA MUHAMMAD.”


Dibaca  100x pada air didalam mangkok putih atau mangkok kaca yang tidak berwarna, lantas dihembuskan ke air tersebut. pkailah air untuk cuci muka dan mandi. maka semua yang memandang akan tergila-gila pada sipemakai imu ini



Doa diatas dibaca sehabis sholat fardhu sebanyak yang saudara mampu, di baca sambil membayangkan orang yang anda sukai lahir batin.



Amalan Nabi yusuf as


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لأبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُأَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَرَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ 
Ya Allah jadikanlah mukjizat yusuf datang dalam diriku
Jadilkanlah ……….. cinta kepadaku
Aku pikat seluruh mahluk dengan kemukjizatan yusuf as
Ya Allah izinkanlah aku dengan keridhoanmu
Ket: dibaca 100x setelah shalat magrib
Fadilah: -akan dikasihi laki-laki dan perempuan
      -memunculkan aura ketampanan


PENGASIHAN YUSUF AYAT 31

Kepada para sedulur KWA yg saya hormati izinkan saya membagikan Pengasihan yg diijazahkan oleh seorang teman&sudah saya buktikan sendiri. Pengasihan ini berasal dari Al-Qur’an Surat Yusuf ayat 31 dimana dicertikan para wanita sampai mengiris jari mereka sendiri dengan pisau melihat ketampanan nabi Yusuf AS.
Kl sering didawamkan insyaallah akan memilki aura pengasihan yg dahsyat, mudah dalam menaklukan lawan jenis, disukai dalam pergaulan, perdagangan dll.
Cara Pengamalan :
 syahadat 3X
 Astagfirullaahal ‘azhiim min kulli dzanbin wa atubu ilaih – 3X
 Sholawat 3X
 Subhanallah wal hamdulillaah walailaaha illallah wallaahu akbar laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adziim 3X
kemudian kirim surat al fateha kepada:
1. ilaa hadratin nabi muhammad sholallaahu ‘alaihi wassalam
2. ilaa hadratin Malaikat Jibrail, wa Mikail, wa Isroil wa Izrail
3. ilaa hadratin Abu Bakrin, wa Umar , wa Ustman , wa Ali radiyallahu anhum
4. ilaa hadratis Syaikh Abdul Qodir Jaelani
5. orang yg dituju ( fulanah binti fulanah )…
amalannya :
“Bismillahirrohmanirrohiim.
Falamma roainahuu akbarnahuu wa qoth-tho’na aidiyahnuna wa qulna haasya lil-lahii maa haadzaa basyaroo,in haadzaa illa malakun kariim.”
-Dibaca setelah sholat hajat minimal 313X dan setelah sholat subuh 100X selama 7 hari. Setelah 7 hari setelah sholat 5 waktu dibaca 7X. Setelah membaca tiupkan ke 2 telapak tangan&sapukan ke wajah.
Kl untuk pengasihan umum setelah mengamalkan mohon pada Allah agar dikasihani orang yang melihat.

Satu pesan saya, jangan di buat main main ya?! Karena saya juga kasihan pada saudara bila terjadi hukum karma, semoga bermanfaat.

Trimakasih
Wassalamualaikum wr wb


Sumber : beberapa sumber di mujarobat

Rabu, 20 Juni 2012

Asal usul Shalawat Badar


Asal usul Shalawat Badar
Qosidah Sholawat Badr dapat di dengar/unduh di http://rahmatns.multiply.com/music/item/285/Haul_Syuhada_Badr_AlKubro_Nuzulul_Quran


Sholawat Badar adalah rangkaian sholawat berisikan tawassul dengan nama Allah, dengan Junjungan Nabi s.a.w. serta para mujahidin teristimewanya para pejuang Badar. Sholawat ini adalah hasil karya Kiyai Ali Manshur, yang merupakan cucu Kiyai Haji Muhammad Shiddiq, Jember. Oleh itu, Kiyai 'Ali Manshur adalah anak saudara/keponakan Kiyai Haji Ahmad Qusyairi, ulama besar dan pengarang kitab ""Tanwir al-Hija" yang telah disyarahkan oleh ulama terkemuka Haramain, Habib 'Alawi bin 'Abbas bin 'Abdul 'Aziz al-Maliki al-Hasani, dengan jodol "Inarat ad-Duja".

Diceritakan bahwa asal mula karya ini ditulis oleh Kiyai 'Ali Manshur sekitar tahun 1960an, pada waktu umat Islam Indonesia menghadapi fitnah Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika itu, Kiyai 'Ali adalah Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi dan juga seorang Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di situ. Keadaan politik yang mencekam saat itu dan kebejatan PKI yang merajalela membunuh massa, bahkan banyak kiyai yang menjadi mangsa mereka, maka terlintaslah di hati Kiyai 'Ali, yang memang mahir membuat syair 'Arab sejak nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, untuk menulis satu karangan sebagai sarana bermunajat memohon bantuan Allah SWT untuk meredam fitnah politik saat itu bagi kaum muslimin khususnya Indonesia. Dalam keadaan tersebut, Kiyai 'Ali tertidur dan dalam tidurnya beliau bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih - hijau, dan pada malam yang sama juga, isteri beliau bermimpikan Kanjeng Nabi s.a.w. Setelah siang, Kiyai 'Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. Habib Hadi menyatakan bahwa manusia-manusia berjubah tersebut adalah para ahli Badar. Mendengar penjelasan Habib yang mulia tersebut, Kiyai 'Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah syair yang ada kaitan dengan para pejuang Badar tersebut. Lalu malamnya, Kiyai 'Ali menjalankan penanya untuk menulis karya yang kemudiannya dikenali sebagai "Sholawat al-Badriyyah" atau "Sholawat Badar".maka terjadilah hal yang mengherankan keesokan harinya, orang-orang kampung mendatangi rumah beliau dengan membawa beras dan bahan makanan lain. Mereka menceritakan bahwa pada waktu pagi shubuh mereka telah didatangi orang berjubah putih menyuruh mereka pergi ke rumah Kiyai 'Ali untuk membantunya kerana akan ada suatu acara diadakan di rumahnya. Itulah sebabnya mereka datang dengan membawa barang tersebut menurut kemampuan masing-masing. yang lebih mengherankan lagi adalah pada malam harinya, ada beberapa orang asing yang membuat persiapan acara tersebut namun kebanyakan orang-orang yang tidak dikenali siapa mereka.

Menjelang keesokan pagi harinya, serombongan habaib yang diketuai oleh Habib 'Ali bin 'Abdur Rahman al-Habsyi Kwitang tiba-tiba datang ke rumah Kiyai 'Ali tanpa memberi tahu terlebih dahulu akan kedatangannya. Tidak tergambar kegembiraan Kiyai 'Ali menerima para tamu istimewanya tersebut. Setelah memulai pembicaraan tentang kabar dan keadaan Muslimin, tiba-tiba Habib 'Ali Kwitang bertanya mengenai syair yang ditulis oleh Kiyai 'Ali tersebut. Tentu saja Kiyai 'Ali terkejut karena hasil karyanya itu hanya diketahui dirinya sendiri dan belum disebarkan kepada seorangpun. Tapi beliau mengetahui, ini adalah salah satu kekeramatan Habib 'Ali yang terkenal sebagai waliyullah itu. Lalu tanpa banyak bicara, Kiyai 'Ali Manshur mengambil kertas karangan syair tersebut lalu membacanya di hadapan para hadirin dengan suaranya yang lantang dan merdu. Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk sambil menitiskan air mata karena terharu. Setelah selesai dibacakan Sholawat Badar oleh Kiyai 'Ali, Habib 'Ali menyerukan agar Sholawat Badar dijadikan sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah PKI. Maka sejak saat itu masyhurlah karya Kiyai 'Ali tersebut. Selanjutnya, Habib 'Ali Kwitang telah mengundan para ulama dan habaib ke Kwitang untuk satu pertemuan, salah seorang yand diundang diantaranya ialah Kiyai 'Ali Manshur bersama pamannya Kiyai Ahmad Qusyairi. Dalam pertemuan tersebut, Kiyai 'Ali sekali lagi diminta untuk mengumandangkan Sholawat al-Badriyyah gubahannya itu. Maka bertambah masyhur dan tersebar luaslah Sholawat Badar ini dalam masyarakat serta menjadi bacaan populer dalam majlis-majlis ta'lim dan pertemuan.

Maka tak heran bila sampai sekarang Shalawat Badar selalu Populer. di Majelis Taklim Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi sendiri di Kwitang tidak pernah tinggal pembacaan Shalawat Badar tersebut setiap minggunya. untuk lebih lengkapnya tentang cerita ini teman2 milis MR dan teman temanku seiman dapat membaca buku yang berjudul "ANTOLOGI Sejarah Istilah Amaliah Uswah NU" yang disusun oleh H. Soeleiman Fadeli dan Muhammad Subhan. semoga Allah memberikan sebaik-baik ganjaran dan balasan buat pengarang Sholawat Badar serta para habaib yang berperan serta mempopulerkan Shalawat tersebut kepada kita kaum muslimin. Al-Fatihah.....
Shalatullah salamullah ala toha rasulillah
Shalatullah salamullah ala yasin habibillah…


Hampir bisa dipastikan semua orang Nahdlatul Ulama kenal dengan shalawat ini – Shalawat Badar. Shalawat ini adalah shalawat yang banyak sekali faedahnya, menjadi sumber kekuatan dan pertolongan dan wasilah kepada Rasulullah SAW. Tetapi tak banyak yang tahu bahwa shalawat ini diilhamkan kepada seorang Kyai asli Indonesia dari NU, yakni Kyai Ali Mansur, yang semasa hidupnya menjabat sebagai pengurus NU Banyuwangi, Jatim.

Saat itu sekitar tahun 1960-an. Kyai Mansur gelisah karena memikirkan pergolakan politik yang makin kacau; orang-orang PKI makin kuat di daerah pedesaan, sedangkan warga NU terdesak. Pada suatu malam beliau bermimpi didatangi sekelompok Habaib berpakaian putih-hijau, dan pada saat yang sama istrinya bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Beliau menanyakan mimpi ini kepada seorang Habib ahli kasyaf, Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi. Oleh Habib dijawab bahwa itu adalah para pahlawan perang Badar.

Dua mimpi istimewa suami-istri ini menjadikan dirinya memperoleh ilham untuk menulis syair dan shalawat. Yang lebih aneh, esok harinya tetangga berdatangan membawa banyak bahan makanan, seolah-olah akan ada acara besar. Para tetangga ini bercerita bahwa pagi-pagi buta rumah mereka diketuk oleh orang-orang berjubah putih yang memberi tahu bahwa Kyai Ali Mansur akan ada kegiatan besar. Kyai Ali Mansur bingung karena tak punya hajatan besar apapun; namun para tetangga bergotong royong memasak di dapur sampai malam, siap-siap menyambut kedatangan tamu esok pagi.

Pagi hari, Kyai Ali Mansur duduk di rumahnya sambil bertanya-tanya siapa tamunya.. Lalu menjelang matahari muncul datanglah serombongan habaib dipimpin oleh Habib Ali ibn Abdurrahman al-Habsyi dari Kwitang, Jakarta.

Setelah mereka berbincang, Habib Ali Kwitang bertanya kepada Kyai Mansur “mana syair yang ente buat kemarin? Mohon bacakan dan lagukan di depan kami semua.” Kyai Ali Mansur kaget karena Habib Ali tahu apa yang dikerjakannya kemarin malam, padahal beliau belum bercerita kepada siapapun dan lagipula baru kali ini Habib Ali Kwitang datang jauh-jauh dari Jakarta ke Banyuwangi.

Kyai Ali Mansur kemudian membacakan syair itu sambil dilagukan. Dan memang Kyai yang satu ini suaranya sangat bagus. Para habaib mendengarkan, dan tak lama kemudian mereka menangis. Selesai dibaca, Habib Ali Kwitang berdiri dan berkata, “Ya Akhi, mari kita lawan Genjer-genjer PKI dengan Shalawat Badar!” Kemudian Kyai Ali Mansur diundang ke Kwitang untuk mempopulerkan Shalawat Badar di sana.

Karena itulah bacaan Shalawat Badar ini sering dipakai dalam istigotsah dan sering diamalkan para santri yang sedang menghadapi berbagai kesulitan. Meski sebagian kalangan non-NU menganggap shalawat ini bid’ah, namun dalam kenyataannya, para Wali Allah tak menganggapnya bid’ah dan bahkan mengakui dan mengamalkannya, seperti dicontohkan oleh ulama besar Habib Ali Kwitang.

Mudah2an kita diberi kelapangan dan kemampuan oleh Allah untuk mengamalkannya, membebaskan segala duka cita kita lantaran berkah Rasul dan para pahlawan badar…

Ilahi sallimil ummah minal aafati wan niqmah
wa min hamin wamin ghummah, bi ahlil badri yaa Allah….
Membaca Shalawat untuk Nabi

Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.

Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.

Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.

Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.

Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam.

Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)

Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:

وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ – وَفِيْ رِوَايَةٍ – مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ – سَبْعِيْنَ مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا – إلى أنْ قال – وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ – كَذَا فِيْ النزهَةِ

Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.

Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).

Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.

Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)

KH Munawwir Abdul Fattah
Pengasuh Pesantren Krapyak, Yogyakarta
sumber : http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11357

Perang Badar Al Kubra dan Prespektif Islam Dalam Berjihad

Alhamdulillah segala puja dan syukur kita hanya kepada Allah subhana wata’ala shalawat serta salam semoga selalu terjunjung tinggi kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya yang gigih berjuang membawa misi Islam sehingga sampai kepada kita dan sampai akhir jaman.
Perang badar al kubra adalah peristiwa sejarah penting yang pernah diungkapkan didalam alquran didalam surat al Anfal, seperti yang pernah diungkapkan oleh seorang sahabat nabi Ubadah bin as shamid ;” Perang Badar merupakan ungkapan keimanan yang murni dan jelas dengan kejadian-kejadian yang terjadi didalamnya perang tersebut merupakan rahasia ilahi yang terungkap terurai untuk hamba-hamba allah yang beriman kepada Nya, menjadikan mungkin sesuatu yang tidak mungkin, menjadikan besar sesuatu yang kecil dalam prespektif manusia biasa, membedakan kekuatan yang dating dari langit dan dari bumi”. Ini merupakan janji Allah untuk para sahabat yang memiliki keimaman yang teguh dan kuat dan Dia lah Yang mengetahui akibat dari segala sesuatu, Allah berfirman :
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِن بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقاً مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ{5} يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَ مَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنظُرُونَ{6} وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتِيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللّهُ أَن يُحِقَّ الحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ{7} لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ{8} إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلآئِكَةِ مُرْدِفِينَ{9} وَمَا جَعَلَهُ اللّهُ إِلاَّ بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِندِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ{10} إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّن السَّمَاء مَاء لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ وَيُذْهِبَ عَنكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأَقْدَامَ{11} إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلآئِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُواْ الرَّعْبَ فَاضْرِبُواْ فَوْقَ الأَعْنَاقِ وَاضْرِبُواْ مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ{12} ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَآقُّواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَمَن يُشَاقِقِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ{13} ذَلِكُمْ فَذُوقُوهُ وَأَنَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابَ النَّارِ{14}
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran , padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya, mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir, agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya. Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu) . (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka . Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. Itulah (hukum dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka.[i]
Kejadian-kejadian  penting  didalam perang badar;
Setelah Allah memenangkan pihak kaum muslimin didalam perang badar, Allah subhanahu wataala mengembalikan dan memberikan ghanimah( harta rampasan perang) kepada nabi Nya dan dibagikan secara merata kepada para sahabatnya setelah diambil hak allah dan RasulNya, setiap mereka telah rela apa yang telah mereka dapatkan didalam jiwa mereka ada keikhlasan yang kuat yang menjadikan mereka tidak saling berebut al ghanimah. Apa yang sebetulnya mereka inginkan dari jihad dijalan Allah?  Meskipun ada diantara mereka yang benci dengan peperangan tersebut ketika nabi memerintahkan mereka untuk mengahadang kafilah dagang quraisy diantara mereka ada yang tidak relah , mereka  adalah sekelompok orang-orang yang ada didalam hatinya nifak yang tersembunyi dan mereka takut akan perang seakan-akan mereka digiring kepada kematian .berikut ini adalah gambaran mereka didalam peristiwa yang telah terekam didalam sunnah nabi saw, disebutkan didalam sejarah bahwa ketika datang kafilah dagang quraisy menuju madinah maka Abu bakar dan umar bermusyawarah dengan Rasullah dan keduanya menerima usulan-usulan dari Rasullah, dan ketika al miqdad bin amr berkata kepada Rasullah : Ya Rasullah Jalankan apa yang telah menjadi perintah Allah dan kami semua akan bersamamu, dan kami tidak seperti bani Israel yang berkata kepada nabinya; pergilah engkau sendirian dan kami hanya duduk-duduk disini menunggu kabar darimu….
Ini adalah bukti dari perkataan yang ikhlas yang diucapkan oleh semua orang-orang muhajirin dan juga diulang-ulangkan  perkataan ini kepada orang-orang ansar sehingga mereka semua berada dalam satu kata dan kesepakatan. Akan tetapi masih ada yang benci kepada kematian sehingga Allah menyebutkan merekan dalam ayat yang ke 5 dan ke 6. Dari kejadian ini kita menyimpulkan bahwa :
  1. Perang yang akan dimenangkan Allah adalah perang yang penuh dengan ikhlas, taat kepada perintah Allah dan RasulNya, tidaknya mereka mebangkang sedikitpun.
  2. Selalu mengutamakan musyawarah dengan pemimpin mereka dalam menentukan sesuatu.
  3. Jihad yang mereka lakukan dengan tujuan menghadang kafilah dagang quraisy dan Allah mengubahnya dengan peperangan.
  4. Jumlah mereka yang sedikit bukanlah penghalang, akan tetapi keimanan yang kuat adalah dasar dari segalanya.
  5. Perang yang didasari dengan tujuan yang jelas akan mendapatkan pertolongan Allah yang datang dari langit .
  6. Orang yang menyimpang niat yang busuk dan bersifat materi belaka akan hancur dan menyesal.
  7. Jihad yang benar adalah dipimpim oleh seorang pemimpin yang sah.
  8. Ketegaran para sahabat dalam berjihad tanpa pantang mundur karena mereka memahami lari dari musuh adalah dosa besar. (Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.)
  9. Kondisi perang yang salah sekarang ini telah terjadi dengan cara meletakkan bom dengan bunuh dirinya sendiri lalu dia pergi dan dinamakan itu adalah jihad di jalan Allah, naudzu billah. Ini adalah akhlaq munafik yang takut mati dan mencoreng citra Islam yang tinggi .
  10. Perang Badar al kubra adalah potret peperangan yang sejati antara muslim dan kafir bukan muslim dengan muslim, karena hakekat jihad itu adalah demikian.

Koreksi ulang mafhum al jihad ;
Tidak diragukan lagi jihad memiliki keutamaan dan fadhillah yang jelas seperti yang telah dijelaskan al qur’an dan assunnah;
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي التَّوْرَاةِ وَالْأِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ  ( التوبة 111 )
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah. lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه سئل أي العمل أفضل قال ( إيمان بالله ورسوله ) قيل ثم ماذا ؟ قال ( الجهاد في سبيل الله ) قيل ثم ماذا ؟ قال ( حج مبرور ) . الصحيحين
Dari Nabi shallahu alaihi wasalam bahwasannya beliau ditanya ; Manakah amalan yang paling mulia ? beliau menjawab ( Iman kepada Allah dan rasulNya ) kemudian apa lagi ? ( Jihad dijalan Allah) kemudian apalagi ( Haji yang mabrur ) al bukhari dan Muslim.
Defenisi jihad ;
‘”Mengeluarkan semua usaha dan tenaga untuk jalan Allah agar mendapatkan ridha Allah “
“ Mujahid ( orang yang berjihad ) adalah orang yang memerangi jiwanya dan nafsunya didalam melaksanakan ketaatan kepada Allah “, oleh sebab itu Nabi menamakan ; Haji itu adalah jihad, Berbakti kepada kedua orang tua itu jihad, menyantuni janda dan anak yatim itu jihad dan lain sebagainya.
Ketentuan syariat tentang jihad :
I . Tidak ada jihad yang syar’i kecuali untuk menegakkan tauhid dan menengakkan kalimat tauhid
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً( ، قال الشيخ السعدي في تفسيره الآية : “
“ Dan Allah subhanahu wata’la menjanjikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan mereka yang beramal dengan amal yang shaleh untuk menjadikan kalian pemimpin diatas bumi ini sebagaimana Allah telah menjadikan orang-orang sebelum kalian dan Allah akan mengukuhkan agama kalian yang telah diridhai Allah dan akan menggantikan ketakutan kalian dengan keamanan dan mereka menyembah Allah dan tidak berbuat syirik kepadanya )) berkata al si’dy Mereka akan terus mendapatkan kondisi demikian sampai terjadi hari kiamat dengan  mereka mendirikan Iman dan amal shalih dan harus  mentauhidkan Allah , maka ketika mereka lalai dan melanggar itu semua akan dikuasakan atas mereka orang-orang kafir yang tidak beriman .
II. Tidaka ada jihad kecuali dengan ijin Imam / pemimpin setempat yang sah.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَى أَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّى يَسْتَأْذِنُوهُ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِذَا اسْتَأْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَن لِّمَن شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mu’min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
وروى الشيخان قال مَنْ يَعْصِ الأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي ، وَإِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ ، وَيُتَّقَى بِهِ. قال النووي (شرح مسلم:12/230)
Dan diriwayatakan oleh Bukhari dan muslim berkata nabi shallahu alaihi wasalam : ; maka barang siapa yang bermaksiat kepada seorang pemimpin maka dia telah bermaksiat kepada ku sesungguhnya pemimpin itu adalah tameng yang kita berperang dibelakangnnya ( Syarah muslim nawawi 12 /230 )
III. Harus ada rujukan ilmiah dalam menentukan mana jihad yang syar’I dan mana yang bid’i :
Contoh jihad yang bid’ah ;
  1. Menghancurkan tempat umum dengan bom bunuh diri .
  2. Menghalalkan darah harta kaum muslimin dengan sekedar tuduhan kafir karena tidak berhukum kepada Allah.
  3. Menyusun gerakan bawah tanah dengan struktur pemerintahan bawah tanah.
IV. Tidak dikatakan pengecut dan pecundang ketika suatu negara melakukan hubungan bilateral dengan negara kafir apabila ada manfaat yang besar untuk kaum muslimin.
V. Tidak ada jihad di negri mayoritas kaum muslimin, yang ada sekarang ini adalah fitnah dan perusakan.
VI. Wajib meminta ijin kepada yang memiliki hak atas diri dia seperti orangtua, dan yang lainnya.

PEPERANGAN BADAR AL-KUBRA:SALAH SATU PEPERANGAN AWAL PENENTU DALAM ISLAM


Faktor Pendorong:
Setelah kita sebutkan mengenai Ghazwah al-Asyirah di mana Kabilah Quraisy dapat melepaskan diri dari sekatan Rasulullah, semasa pemergiannya dari Makkah ke negeri al-Syam, bila hampir masa kepulangannya dari sana ke Makkah, Rasulullah telah mengutus Talhah bin Abdullah dan Said bin Zaid ke sebelah utara, bertugas mengintip dan memperolehi maklumat terperinci mengenai hal tersebut, mereka bergerak hingga ke daerah al-Hawra’, mereka di sana hinggalah Abu Sufian dan Kafilahnya berlalu, mereka pun segera pulang ke Madinah melaporkan perkembangan kepada Rasulullah.
Kafilah Abu Sufian itu sarat dengan harta dan barangan penduduk Makkah, terdiri dari seribu ekor unta penuh dengan muatan dan harta benda, dianggarkan tidak kurang dari lima puluh ribu dinar emas, pengawal hanya empat puluh orang sahaja. Inilah peluang keemasan yang harus diambil kesempatan untuk tentera Madinah, dan pukulan tepat pada sasaran ketenteraan, politik dan ekonomi terhadap musyrikin sekiranya semua harta ini dapat dirampas dari tangan mereka. Dengan itu Rasulullah mengisytiharkan kepada kaum muslimin dengan sabdanya yang bermaksud: “Ini dia kafilah Quraisy yang penuh dengan harta mereka, ayuh keluarlah kamu semoga Allah menjadikannya sebagai harta rampasan untuk kamu.”
Baginda tidak menggesa sesiapa pun untuk keluar. Baginda hanya membiarkan perkara ini terbuka secara mutlak, kerana Baginda tidak pula menyangka akan bertarung dengan tentera Makkah, sehebat apa yang terjadi di medan Badar itu. Justeru itu, maka sebahagian besar dari sahabat berada di Makkah, dan mereka mengira Rasulullah keluar itu tidak lebih dari Sariyah-Sariyah yang lepas, maka sebab itulah Rasulullah tidak membantah terhadap mereka yang tidak turut bersama.
KADAR KEKUATAN TENTERA ISLAM DAN PENGAGIHAN PIMPINAN
Kini Rasulullah dalam keadaan bersedia untuk keluar bersama-sama dengan tiga ratus tiga belas orang (313 atau 314 atau 317 orang) 82 Muhajirin (83 atau 86 orang) al-Aws seramai 61 orang dan 170 orang al-Khazraj, mereka tidaklah begitu bersiap sangat dan tidaklah membawa peralatan yang selengkapnya, tunggangan mereka hanya dua ekor kuda, kuda al-Zubair bin al-Awwam dan kuda al-Miqdad bin al-Aswad al-Kindi, manakala unta bersama mereka hanya tujuh puluh ekor yang ditunggang secara bergilir untuk dua atau tiga orang, Rasulullah bergilir dengan Ali dan Mirthad bin Abi Mirthad al-Ghanawi dengan seekor unta.
Rasulullah melantik Ibnu Ummi Maktum sebagai khalifahnya untuk mengendali urusan Madinah dan solat. Tetapi setibanya Rasulullah di “al-Rawha” Rasulullah menghantar balik Abu Lubabah bin al-Munzir untuk mengendalikan urusan pentadbiran Madinah.
Panji pimpinan berwarna putih diserahkan kepada Mus’ab bin Umair al-Qurasyi al-Abdari, Baginda membahagikan tentera kepada dua katibah (pasukan):
1. Katibah orang Muhajirin benderanya diberi kepada Ali bin Abi Talib.
2. Katibah al-Ansar, benderanya diberikan kepada Sa’d bin Muaz.
Sayap kanan diletakkan di bawah pimpinan al-Zubair bin al-Awwam, sayap kiri pula di bawah pimpinan al-Miqdad bin Umar, kedua-dua mereka ini adalah tentera berkuda di dalam tentera Islam ini. Pemimpin barisan belakang ialah Quis bin Abi Sa’saah, pimpinan tertinggi masih disandang oleh Baginda sebagai terus agong pimpinan tentera Islam.
TENTERA ISLAM BERGERAK KE ARAH BADAR
Rasulullah bergerak dengan tenteranya yang tidak bersiap-sedia untuk berperang, sehingga keluarlah dari kawasan al-Madinah, dan terus berjalan hingga ke jalan utama ke Makkah, hingga sampai ke daerah al-Rawha, beberapa ketika setelah Baginda melintasi al-Rawha Baginda tinggalkan jalan ke Makkah di sebelah kiri dan menyusur ke arah kanan melalui al-Naziyah, ertinya Baginda bertala (menuju) ke Badar di situ Baginda mengambil jalan ke Badar, darinya Baginda sampai ke lembah Jaza’ yang dikenali sebagai Rahqan, yang kira-kira terletak di antara al-Naziyah dan segenting al-Safra’, Baginda melintasi segenting al-Safra’ itu, dari situ Baginda menjunam hingga sampai ke al-Safra’ dan darinya Baginda mengutus Basis Ibnu Umar al-Juhani dan Adi bin Abi al-Zaghba’ ke Badar untuk mengumpul maklumat mengenai Kafilah Quraisy.
PEMBERITAHUAN KEPADA PENDUDUK DI MAKKAH
Pengedalian kafilah Quraisy ini sebenarnya di bawah tanggungjawab Abu Sufian sepenuhnya, di mana beliau begitu berjaga dan amat berwaspada kerana beliau menyakini jalan ke Makkah itu amat merbahaya, oleh yang demikian beliau sentiasa menghantar pengintip-pengintip untuk memperolehi maklumat, selain dari itu beliau selalu bertanya setiap musafir atau tunggangan yang beliau temui di sepanjang perjalanannya itu. Tidak berapa lama kemudian beliau memperolehi maklumat dari risikannya bahawa Muhammad s.a.w telah pun mengerah tenaga sahabatnya untuk menawan kafilahnya, dengan segera Abu Sufian mengupah Dhamdham bin Amru al-Ghifari ke Makkah, di sana Dhamdham melaung dan meminta bantuan kepada pihak Quraisy untuk menghantar gerakan penyelamat kafilah mereka buat menghalang Muhammad s.a.w dan sahabatnya daripada bertindak terhadap harta mereka itu begitulah tindakan Dhamdham kepada Quraisy dari atas belakang untanya, setelah memotong hidung untanya seterusnya beliau mengoyak bajunya untuk dikibar-kibarkan kepada Quraisy sambil berteriak: Kalian Quraisy, celaka dan celaka harta kamu bersama Abu Sufian itu, telah dihalang oleh Muhammad s.a.w dan sahabat-sahabatnya, aku tak nampak kamu berkesempatan dengannya, tolong tolonglah !!!
PENDUDUK MAKKAH BERSEDIA UNTUK BERPERANG
Semua orang di Makkah bersiap dan bergerak dengan pantas dan mereka berkata: Apakah Muhammad ingat kafilah kita itu seperti kafilah Ibnu al-Hadhrami? Dengan mudah boleh direbut dari tangan kita? Tidak!! Demi Allah biar dia tahu bukan semudah itu dia boleh bertindak. Pihak Quraisy bertindak samada keluar sendiri atau menghantar penggantinya, untuk keluar mereka telah mengerah tenaga habis-habisan, tidak seseorang pun dari pemuka mereka mengecualikan diri selain dari Abu Lahab, namun beliau tetap menghantar pengantinya yang telah berhutang dengannya. Selain dari itu, mereka juga mengerakkan kabilah-kabilah Arab di sekeliling Makkah, semua puak turut keluar kecuali Banu Adi sahaja, di mana tidak seorang pun dari mereka yang turut serta.
KEKUATAN TENTERA MAKKAH
Kekuatan tentera Makkah terdiri dari seribu tiga ratus (1,300) askar pada permulaan, dengan seratus ekor kuda, enam ratus perisai, manakala unta terlalu banyak bilangan yang tidak dapat dipastikan anggaran dengan terperinci. Pemimpin agung mereka ialah Abu Jahal bin Hisyam, makanan dibekal oleh sembilan orang kenamaan Quraisy, mereka menyembelih kadangkala sembilan atau sepuluh ekor unta sehari.
PERSOALAN KABILAH-KABILAH BANU BAKR
Semasa tentera Makkah mula bergerak, Quraisy teringat permusuhan dengan kabilah-kabilah Banu Bakr, mereka takut kabilah ini akan menikam mereka dari belakang, jadi mereka akan tersepit di antara dua musuh, hampir-hampir permasalahan ini melemah dan menggagalkan usaha mereka, tetapi iblis telah menjelma dalam rupa paras Suraqah bin Malik Ibnu Ja’syam al-Mudlaji, ketua Kabilah Banu Kinanah, dengan menyeru kepada mereka kalian: Aku adalah penjamin kepada kamu di mana Kinanah tidak akan menyerang dari belakang kamu, suatu hal yang kamu tidak senang dengannya.
TENTERA MAKKAH BERGERAK
Setelah itu mereka pun bergerak keluar dari Makkah, sebagaimana yang disifatkan oleh Allah yang bermaksud:
“Dengan penuh lagak sombong menunjuk-nunjuk kepada orang ramai, serta mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. ”
(al-Anfal: 47)
Dan mereka mara ke hadapan sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah dengan hadis yang bermaksud:
“Mereka mencabar Allah dan RasulNya dengan segala tenaga dan kekuatan persenjataan mereka.”
Menepati firman Allah yang bermaksud:
“Dan bergeraklah mereka pada pagi itu, penuh kepercayaan yang mereka akan berkuasa, bagi menghalang kaum miskin”.
(al-Qalam: 25)
Langkah-langkah mereka penuh ta’sub, hasad dengki, dendam kesumat dan iri hati ke atas Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, lantaran para sahabat ini berani mengancam kabilah mereka. Mereka bergerak secepat kilat ke arah utara menuju “Badar”, dengan melalui “Wadi Asafan”, ke Qadid kemudian ke Juhfah, di sana mereka telah menerima berita baru dari Abu Sufian yang menyebut: Sebenarnya kamu keluar ini untuk menyelamatkan kabilah kamu, orang-orang kamu dan harta kamu, tetapi kini kita telah diselamatkan Thhan jadi kalian bolehlah pulang.
KABILAH DAPAT MELEPASKAN DIRI
Kisah Abu Sufian dan Kabilah yang melalui jalan utara itu adalah amat berjaga-jaga dan waspada, beliau menambah lagi gerakan merisik, sebaik sahaja mereka menghampiri “Badar” beliau mara ke hadapan mendahului kabilah, di situ beliau menemui Majdi bin Amur, Abu Sufian bertanyakan beliau mengenai tentera al-Madinah, jawab Majdi: “Aku tidak melihat seorang pun dari mereka yang diragui, cuma tadi ada dua orang penunggang telah berhenti di bukit itu, setelah minum air bekalan, mereka pun beredar dari situ”, Abu Sufian pun segera ke tempat dua penunggang berehat tadi, beliau mengambil najis unta tunggangan dua orang penunggang yang singgah di situ, kemudian beliau memecahkan najis dan memeriksanya. Tiba-tiba beliau mendapati najis itu mengandungi bijian, maka kata beliau: “Demi Allah ini adalah makanan binatang dari Yathrib, segera beliau kembali ke kabilahnya, dengan itu beliau memalingkan pergerakan kabilahnya ke arah pantai sebelah barat, meninggalkan jalan utara ke Badar yang di sebelah kiri. Dengan itu kabilahnya terselamat dari terjatuh ke tangan tentera al-Madinah, sebab itulah maka beliau mengutus surat kepada angkatan tentera Makkah, yang mana mereka menerima suratnya itu semasa tentera Makkah telah berada di al-Juhfah.
TENTERA MAKKAH BERCADANG UNTUK BERPATAH BALIK DAN KERETAKAN DALAM BARISAN KEPIMPINAN MAKKAH
Setelah tentera Makkah sedang berada di Juhfah menerima perutusan dari Abu Sufian, mereka pun bercadang untuk kembali semula ke Makkah, tetapi pemimpin taghut Quraisy Abu Jahal yang sombong, bongkak dan takbur bangun menyeru: “Demi Allah kita tidak akan pulang kecuali setelah kita sampai ke Badar, di sana kita akan berkhemah tiga malam, kita sembelih sembelihan, kita makan sepuas-puasnya, minum khamar, dan kita berhibur dengan artis-artis penyanyi, sehingga dengan itu kita akan di dengar oleh bangsa Arab tentang pergerakan dan perhimpunan kita, seterusnya mereka akan gerun dengan sikap kita itu untuk selama-lamanya”.
Bercanggah dengan Abu Jahal, al-Akhnas bin Syuraiq telah mengeluar pendapat dan bantahan untuk pulang ke Makkah, namun mereka tidak bersetuju dengannya, untuk demikian beliau menarik diri untuk pulang bersama-sama kabilahnya Banu Zuhrah, al-Akhnas merupakan sekutu Quraisy dan ketua Kabilah Banu Zuhrah di dalam gerakan ketenteraan ini, lantaran itu tiada seorang pun dari Banu Zuhrah yang menyertai peperangan Badar, kekuatan mereka lebih kurang tiga ratus (300) orang, Banu Zuhrah amat gembira dan berpuas hati dengan pendapat al-Akhnas bin Syuraiq itu, hingga dengannya beliau menjadi tokoh pemimpin pilihanny a yang didengari, ditaati dan dih’ormati.
Banu Hasyim pun hendak pulang juga, tetapi Abu Jahal berkeras dengan mereka, katanya: “Kamu tidak boleh bercerai dengan kami, ikut kami hingga kami pulang”. Dengan itu tentera Makkah pun rnara ke hadapan dengan kekuatan tentera seramai seribu orang askar, selepas penarikan diri oleh Banu Zuhrah, menuju Badar, angkatan Makkah bergerak hingga sampai hampir ke Badar, di sebalik guar (tanah tinggi) di lembah “al-Udwah al-Qaswa” bersempadan dengan lembah Badar.
PENDIRIAN TENTERA ISLAM YANG KRITIKAL
Risikan tentera Madinah melaporkan kepada Rasulullah s.a.w yang pada ketika itu masih lagi berada di “Wadi Zufran” mengenai kabilah dan angkatan tentera Makkah, hasil analisa dan perkiraan bahawa pasti sudah tidak dapat dielak lagi pertumpahan darah. Di dalam suasana ini sudah tidak dapat tidak, harus mara ke hadapan dan semestinya tidak boleh berundur, kemaraan harus pula didasarkan kepada keberanian, kecekalan, keperwiraan dan ketegasan, tidak syak lagi kalaulah dibiarkan tentera Makkah bermaharajalela di daerah ini, ianya akan menjadi alasan dan dorongan kepada Quraisy untuk terus berkuasa, malah akan merupakan penerusan kepada kuasa politiknya, di masa yang sama akan melemahkan kredebeliti umat Islam dan kuasanya, malah mungkin akan mengakibatkan gerakan Islam akan tinggal badan tanpa roh dan kekuatan, akan memberi laluan seluas-luasnya kepada segala jenis kejahatan dan hasad kesumat untuk berbuat apa sahaja terhadap Islam.
Selepas kesemuanya itu, siapakah yang akan menjamin keselamatan umat Islam, kiranya pihak Quraisy dan tentera Makkah mara ke Madinah siapa yang akan menghalangnya, pertempuran mungkin akan berpindah ke pintu masuk Madinah, kemudian mereka akan mara hingga ke tengah-tengah Madinah sendiri, tidak sama sekali, kalau diandaikan berlakunya ketewasan kepada tentera Madinah sudah pasti satu kesan buruk akan menimpa kehebatan kaum muslimin dan maruah mereka.
MAJLIS PERMESYUARATAN
Memandangkan kepada perkembangan mengejut dan berbahaya ini, maka Rasulullah s.a.w pun mengadakan permesyuaratan majlis tertinggi tentera, di mana Rasulullah melaporkan kedudukan terkini, di dalam sidang ini masing-masing mengemukakan pendapat dan pandangan, lapisan awam dan pemimpin tentera semua turut memberi sumbangan dan pendapat masing-masing, di saat ini terdapat sesetengah hati bergoncang dan ketakutan untuk menghadapi pertumpahan darah ini, mereka inilah yang disebut Allah di dalam firmanNya yang bermaksud:
“Sebagaimana Tuhanmu mengeluarkan mu dari rumahmu dengan kebenaran jua, sedang sebahagian dari orang-orang yang beriman itu tidak setuju. Mereka membantahmu tentang kebenaran berjihad setelah nyata, seolah-olah mereka dihalau kepada kematian yang sedang’mereka lihat”.
(al-Anfal: 5-6)
Bagi pihak pemimpin tentera, Abu Bakar al-Siddiq sendiri berucap dan menegaskan sesuatu yang amat baik, kemudian Umar bin al-Khattab pun berucap dan menegaskan segalanya adalah amat baik, disusuli dengan al-Miqdad bin Amru yang menegaskan: “Wahai Rasulullah teruskanlah sebagaimana yang Allah perlihatkan kepada tuan hamba, sesungguhnya kami tetap bersama-sama tuan, demi Allah kami tidak akan berkata kepada tuan, seperti Banu Israil berkata kepada Musa: “Pergilah dikau bersama Tuhan kau, dan berperanglah kamu berdua kami akan tunggu di sini”. Tetapi kami akan berkata: “Ayuh maralah dikau bersama Tuhan kau dan berperanglah, sesungguhnya kami bersama kamu untuk berperang, demi Dia Tuhan yang telah mengutuskan dikau dengan kebenaran, seandainya kau membawa kami ke “Birak al-Ghimad” nescaya kami bertempur bersama tuan tanpa menghiraukan apa pun, sehinggalah kita sampai ke sana”. Rasulullah membalas kepadanya dengan baik di samping berdoa untuk beliau.
Tiga tokoh tadi adalah dari pimpinan Muhajirin, mereka merupakan majoriti di dalam tentera Islam, seterusnya Rasulullah ingin mengetahui pendapat pemimpin Ansar pula, kerana mereka merupakan majoriti terbesar kekuatan tentera Islam, lagi pun kekuatan tempor terletak pada golongan Ansar, tambahan pula nas Baiah al-Aqabah tidak menuntut supaya mereka berperang di luar kampung halaman mereka, setelah mendengar ucapan tiga pemimpin tadi Baginda masih menyebut: Wahai kalian berilah pandangan kamu, lafaz Rasulullah itu dituju kepada al-Ansar, pemimpin al-Ansar dan pembawa panji, Sa’d bin Muaz segera menangkapi maksud Rasulullah itu dan terus beliau berkata: “Demi Allah, bagaikan tuan hamba memaksudkan kami”? Jawab Rasulullah: “Bahkan”.
Sa’d terus dengan ucapannya: “Sebenarnya kami telah pun beriman dengan dikau ya Rasulullah, kami membenarkan dikau, kami bersaksi bahawa apa yang kau bawa itu adalah benar, telahpun kami beri janji-janji dan kepercayaan kami untuk mendengar dan mentaati, ayuh teruskan wahai Rasulullah untuk mencapai sesuatu yang dikau kehendaki, demi Tuhan yang mengutuskan tuan hamba dengan kebenaran, seandainya tuan hamba membawa kami mengharungi lautan nescaya kami harungi, tak seorang pun akan berkecuali, kami bersenang hati dikau membawa kami untuk menemui seteru pada esok hari, kami ini jenis bersabar dan bertahan di dalam peperangan, penuh kepercayaan untuk bertarung dan berhadapan dengan musuh, semoga Allah memperlihatkan sesuatu yang menyenangkan mata melihat, ayuh bawalah kami ke hadapan penuh keberkatan dari Allah”
Di dalam riwayat yang lain menyebut, Sa’d bin Muaz berkata kepada Rasulullah: “Boleh jadi tuan hamba merasakan bahawa pihak Ansar berpendapat sokongannya kepada tuan hamba hanya di perkarangan kampung mereka sahaja, di sini hamba menegaskan bagi pihak Ansar dan menjawab bagi pihak mereka: Ayuh bergeraklah ke mana sahaja, hubungilah siapa yang tuan hamba suka, putuskanlah hubungan dengan sesiapa yang tuan hamba suka, ambillah harta kami sesuka tuan hamba, tinggalkanlah kadar mana harta harta itu kepada kami sesuka hati tuan hamba, sesuatu yang tuan ambil dari kami itu adalah paling kami senangi lebih dari apa yang tuan tinggalkan, sesuatu yang tuan perintahkan itu, maka urusan kami adalah ikutan kepada suruhan tuan itu, demi Allah sekiranya tuan membawa kami untuk sampai di Birak al-Ghimad nescaya kami turuti. Dan Demi Allah seandainya tuan hamba membawa kami mengharungi lautan nescaya kami harungi”.
Rasulullah terharu dengan kata-kata Sa’d itu dan terasa segar dan bertenaga, kemudian Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“Ayuh bergeraklah dan bergembiralah dengan berita baik, kerana sesungguhnya Allah telah menjanjikan daku salah satu dari dua kelompok itu, demi Allah sekarang bagaikan daku sedang menyaksi kemusnahan kaum musyrikin “.
TENTERA ISLAM MENERUSKAN PERJALANANNYA
Setelah itu Rasulullah pun berpindah dari Zufran melalui lurah-lurah yang dikenali sebagai al-Asafir, kemudian Baginda turun ke kampung dikenali sebagai “al-Diah” menyusur ke bawah meninggalkan “al-Hanan” ke sebelah kanan yang merupakan gua seakan-akan bukit dan darinya Baginda menuju ke tempat berhampiran “Badar”.
RASULULLAH MENGGERAK OPERASI PERISIKAN
Rasulullah s.a.w telah bertindak sendiri bersama temannya yang pernah bersama-sama di dalam gua Hira’ iaitu Abu Bakar al-Siddiq, untuk bersiar-siar di sekitar khemah tentera Makkah, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang syeikh al-Arab, Rasulullah s.a.w pun segera bertanya kepada beliau mengenai Quraisy dan Muhammad dengan sahabat-sahabatnya. Baginda bertanya mengenai kedua tentera itu dengan tujuan merahsiakan diri Baginda, tetapi jawab syeikh al-Arab itu: “Aku tidak akan ceritakan kepada kamu berdua kecuali setelah kamu memberitahu daku siapa kamu berdua ini”? Jawab Rasulullah s.a.w: “Sekiranya saudara memberitahu akan kami beritahu”. Kata syeikh al-Arab: “Ayuh begitu caranya”, jawab Rasulullah s.a.w: “Memanglah itu caranya”.
Kata syeikh al-Arab: “Cerita yang ku dengar bahawa Muhammad dan sahabat-sahabatnya telah keluar pada hari sekian, sekian, sekiranya benar cerita itu mereka sekarang ini berada di tempat sekian, sekian iaitu tempat tentera al-Madinah sedang berkhemah manakala Quraisy pula telah keluar pada hari sekian, sekian, dan kalau benar ceritanya itu maka mereka di hari ini berada di tempat sekian, sekian iaitu tempat tentera Makkah sedang berkhemah”.
Setelah beliau selesai menceritakan beliau bertanya: “Dan siapa kamu berdua ini”? Jawab Rasulullah: “Kami ini dari “Ma”" dengan itu Rasulullah terus beredar, syeikh tadi kehairanan memikirkan apa dari “Ma” itu apakah dari “Ma” al-Iraq? (atau “Ma” yang bererti air).
MEMPEROLEHI MAKLUMAT TERPENTING MENGENAI TENTERA MAKKAH
Di petang hari yang sama Baginda mengutus lagi risikan-risikannya, semua untuk memungut lagi maklumat seteru, tugas ini dipertanggungjawabkan kepada tiga pemimpin Muhajirin, Ali bin Abi Talib, al-Zubair bin al-Awwam dan Sa’d bin Abi Waqqas bersama beberapa orang sahabatnya yang lain, mereka sampai ke telaga “Badar”, Di sana mereka terserempak dengan dua orang suruhan Quraisy mengambil air untuk tentera Makkah, mereka memberkas dua orang pengambil air dan dibawa ke hadapan Rasulullah, sedang di masa itu Rasulullah tengah bersembahyang, kalian yang ada di situ memeriksa mereka berdua dan berkata: “Kami pengambil air untuk tentera Quraisy mereka mengantar kami untuk mengangkut air untuk mereka” namun orang Islam tidak bersenang hati, kerana mereka mengharapkan mereka berdua itu orang suruhan Abu Sufian (kerana mereka masih berhasrat untuk menawan kabilah Quraisy) mereka membelasah kedua-dua orang suruhan itu dengan parahnya, hingga mereka berdua terpaksa mengaku: “Ya kami ini orang Abu Sufian, dengan itu dua orang itu ditinggalkan.
Setelah selesai bersembahyang, Rasulullah berkata kepada mereka sebagai memarahi tindakan mereka itu. Ayuh bila mereka bercakap benar kamu belasah mereka, tetapi bila mereka mendustakan kamu, kamu biarkan mereka pula, mereka berdua ini memang bercakap benar, sebenarnya mereka berdua ini adalah orang suruhan tentera Makkah.
Selepas itu Rasulullah s.a.w bertanya dua orang suruhan yang diberkas, katanya: “Ceritakan kepada ku perihal Quraisy”, jawab mereka: “Mereka berada di sebalik bukit pasir itu yang kamu nampak dekat “al-Udwah al-Qaswa”. Tanya Baginda lagi: “Berapa ramai tentera Quraisy itu”. Jawab mereka: “Memang banyak”. Tanya Baginda, “Berapa bilangannya?” Jawab mereka : “Kami tak dapat mengetahuinya”. Kata Rasulullah s.a.w: “Berapa ekor sembelihan mereka sembelih setiap hari?” Jawab mereka berdua: “Sehari sembilan dan sehari sepuluh”. Kata Rasulullah: “Jadi mereka itu di antara sembilan ratus dan seribu, tanya Baginda lagi: “Siapa di antara mereka orang-orang kenamaan?” Jawab mereka berdua: “Utbah bin Rabiah dan saudaranya Syaibah, Abu al-Bukhturi, Ibnu Hisyam, Hakim bin Hizam, Naufal bin Khuwnilid, al-Harith bin Amir, Tu’aimah bin Adi, al-Nadhr bin al-Harith, Zamaah bin al-Aswad, Abu Jahal bin Hisyam dan Umaiyah bin Khalaf,” mereka adalah di antara tokoh Quraisy yang sempat disebut oleh dua orang suruhan Quraisy. Rasulullah berdiri di hadapan kaum muslimin dan berkata: Itu dia Makkah yang telah datang kelmarin dengan anak-anak kesayangan dan buah hatinya.
HUJAN TURUN
Di malam itu Allah s.w.t menurunkan hujan di tempat kaum musyrikin. Hujan turun dengan lebat melumpuhkan kemaraan mereka, sedang di tempat kaum muslimin pula hujan renyai-renyai membasahi dan membersihkan badan mereka, mensucikan diri mereka dari noda syaitan, menetapkan bumi tempat mereka bergerak, mengejapkan pasir, mengukuhkan tapak kaki mereka, mengemaskan kedudukan strategi mereka dan menambatkan hati-hati mereka.
TENTERA ISLAM MENDAHULUI KE TEMPAT PERTEMPURAN YANG STRATEGIK
Rasulullah mengerakkan tenteranya untuk mendahului kaum musyrikin ke perigi Badar, dan menghalang mereka dari menawan perairan berkenaan, Baginda mengambil tempat di malam itu di kawasan terdekat kepada perairan Badar itu. Di masa itu al-Habab bin al-Munzir selaku pakar ketenteraan, bertanya kepada Rasulullah, “apakah kawasan yang kita bertempat sekarang ini suatu yang sudah ditunjukkan oleh Allah hingga tidak boleh kita maju atau ke belakang selangkah pun? Atau apakah ianya sebagai pemilihan strategi dan taktik?” Jawab Rasulullah: “lanya adalah strategi dan taktik semata-mata?” Kata al-Habab: “Kalau demikian ya Rasulullah, lanya bukan tempat yang sesuai, tuan hamba boleh berpindah bersama sekalian tentera ke perairan kaum musyrikin, kita timbuskan dan musnahkan kolah yang di tepiannya dan kita bina pula takungan, kemudian dipenuhkan dengan air hingga dengan itu semasa bertempor nanti kita akan minum manakala kaum musyrikin dalam kekeringan dan kehausan”, kata Rasulullah (s.a.w): “Kau telah memberi pendapat yang baik”.
Rasulullah pun segera bangun dan bergerak dari situ dengan seluruh tentera hingga sampai ke perairan yang terdekat kepada musuh, di tengah malam mereka menimbus kolam-kolam air dan membina takungan khusus untuk tentera Islam, yang lain habis ditimbus.
MARKAS PIMPINAN
Sebaik sahaja kaum muslimin selesai bertempat di sebelah perairan Badar, Sa’d bin Muaz pun mencadangkan kepada Rasulullah s.a.w supaya tentera Islam membina satu tempat khusus bagi markas arahan dari Baginda, sebagai persiapan untuk menghadapi kecemasan, andainya kekalahan sebelum memperolehi kemenangan dengan kata beliau: “Wahai Nabi Allah bagaimana kami akan membina perteduhan untuk tuan hamba, padanya kita tempatkan tunggangan Rasulullah dan kami akan mara ke hadapan menemui seteru, sekiranya dengan bantuan sokongan Allah kita menang maka itulah yang kita harap-harapkan, tetapi jika takdir kita tidak berjaya, maka Rasulullah boleh menggunakan tunggangan yang sedang menunggu di mana Rasulullah boleh bersama tentera kita yang berada di saf belakang, dan musuh tidak sempat mengejar Rasulullah. Sekiranya kaum muslimin mendapat Rasulullah bersama mereka, mereka tidak akan mundur dari tuan hamba malah mereka akan mempertahankan Rasulullah atau berbincang dan berjihad bersama tuan hamba”
Rasulullah menghargai pendapat Muaz itu dengan baik, sambil berdoa untuknya, tentera Islam pun segera membina perteduhan di suatu tempat yang tanahnya tinggi di sebelah tenggara medan peperangan berhadapan dengan arena pertempuran. Seterusnya telah dipilih sebilangan pemuda Ansar di bawah pimpinan Sa’d bin Muaz untuk mengawal Rasulullah di perteduhan itu.
MOBILISASI TENTERA DAN SEMBAHYANG MALAM
Rasulullah memobilisasikan tenteranya, dan Rasulullah berjalan ke arena pertempuran, sambil menunjuk dengan tangannya dan bersabda: “Ini tempat kematian si pulan besok Insyaallah, di malam itu Rasulullah menghabiskan masanya dengan bersembahyang kepada Allah di tepi sepohon kayu sedang kaum muslimin dapat tidur dengan tenang menanti esok yang cerah, hati mereka mekar dengan keyakinan, di malam itu mereka berehat secukupnya, mengharapkan di besok hari akan menyaksi dengan mata kepala mereka janji-janji Tuhan mereka:
“Ingatlah ketika kamu dilitupi oleh perasaan mengantuk sebagai satu pemberian aman daripadaNya dan ingatlah ketika la menurunkan kepada kamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengannya dan menghapuskan dari kamu gangguan dari syaitan dan juga untuk menguatkan hati kamu dan menetapkan dengannya tapak pendirian kamu “.
(al-Anfaal: 11)
Malam berkenaan adalah malam Jumaat 17 Ramadhan tahun kedua hijrah Rasulullah mula keluar pada 8 haribulan atau 2 haribulan di bulan yang sama.
TENTERA MAKKAH DI MEDAN PEPERANGAN DAN PERPECAHAN DI KALANGAN MEREKA
Manakala Quraisy pula di malam itu berkhemah di al-Udwah al-Qaswa, bila pagi menjelang Quraisy pun berhadapan dengan Katibahnya serta membawa mereka turun dari bukit pasir itu menuju ke lembah Badar, beberapa orang dari mereka menuju ke takungan air Rasulullah, kata Baginda: “Biarkan mereka datang, sesiapa sahaja yang meminum darinya kita bunuh, kecuali Hakim bin Hizam”, beliau tidak dibunuh malah selepas beberapa ketika beliau memeluk Islam dan menjadi baik, sehingga kalau beliau hendak bersumpah semasa dalam Islam, beliau akan menyebut: “Tidak, demi Tuhan yang menyelamatkan daku di hari Badar”. Setelah pihak Quraisy kembali tenang, maka dihantarnya Umair bin Wahb al- Jumahi untuk mengesan kekuatan tentera al-Madinah, beliau menunggang kudanya di sekeliling perkhemahan Islam, selepas pulang Beliau melaporkan katanya: “Mereka adalah tiga ratus orang, lebih kurang sekitar itu, tetapi tunggu sehingga aku mengesan apakah mereka ada penyerang hendap dan mempunyai logistik pembekal? Dengan itu beliau menjelajah ke tengah-tengah lembah “Badar” dan beliau tidak mendapati apa-apa pun terus beliau pulang dengan katanya: “Aku tidak melihat apa-apa pun, namun pada hemat ku di sana bala sedang menunggu kamu dengan seribu kematian, ku dapati panah-panah di Yathrib membawa kematian yang perih, mereka adalah golongan yang tiada pembela dan perlindungan selain dari pedang mereka, derni Allah kamu tidak akan berupaya membunuh seorang pun dari mereka yang berani dibunuh, kalau dah sebilangan dari kamu ini bertemu ajal, maka tak ada kebaikan lagi untuk hidup. Ayuh, tiliklah minda kamu”.
Di masa itu, berlaku satu lagi penentangan terhadap Abu Jahal yang berkeras untuk berperang itu, iaitu usaha untuk membawa balik tentera Quraisy ke Makkah, untuk mengelak berlakunya peperangan. Hakim bin Hizam telah menyeru tentera Makkah berpatah balik. Hakim menemui Utbah bin Rabiah dan menyeru kepadanya: “Wahai Abu al-Walid kamu adalah salah seorang kenamaan Quraisy dan tokoh disegani percakapan, tidakkah kamu tahu , aku mengajak kamu kepada satu kebaikan yang kelak akan disebut sepanjang masa?” Tanya Utbah: “Apa perkaranya wahai Hakim?” Jawab Hakim: “Kau pulang ke Makkah bersama-sama orang kau dan kau bertanggungjawab juga dengan Amru bin al-Hadrami sekutu kau itu (yang terbunuh di dalam Sariyah Nakhlah)” Jawab Utbah: “Aku setuju dan berjanji, Amru adalah sekutu ku dan kau harus bertanggungjawab dengan pembayaran darah kematian dan kerugian harta bendanya.”
Kata Utbah kepada Hakim bin Hizam: “Kau jumpa Ibnu al-Hanziliyah (laitu Abu Jahal, al-Hanziliyah adalah ibunya) aku tidak curiga percanggahan pendapat selaih dari beliau”. Rabiah pun pergi menemui Quraisy: “Wahai kalian Quraisy demi Allah sesungguhnya tindakan kamu untuk berhadapan dengan Muhammad itu adalah suatu hal, hal yang harus dipertimbangkan, demi Allah sekiranya kamu berjaya melawannya, beliau masih lagi tidak senang untuk melihat muka-muka kamu, yang telah membunuh anak saudaranya atau anak saudara ibunya atau mana orang dari keluarganya, baliklah kamu dan biarlah Muhammad dan orang-orang Arab lain berhubungan dengannya, sekiranya beliau berjaya dengan usahanya itu maka itu juga sebahagian dari hasrat kamu, kalau tidak demikian beliau masih mendapat kamu dan kamu pula tidak menghalang apa yang hendak dilakukan oleh Muhammad dan sahabatnya”.
Hakim bin Hizam pula segera menemui Abu Jahal yang sedang mempersiapkan baju besinya, beliau pun terus berkata: “Aku ini disuruh oleh Utbah untuk berbuat begini-begini”, jawab Abu Jahal: ‘Demi Allah Utbah ini sudah terpukau dan besar diri, ketika beliau menyaksi Muhammad dan sahabat-sahabatnya”. “Tidak!! Demi Allah, kami tidak akan pulang hinggalah Tuhan menentukan qadarnya di antara kita dengan Muhammad, biarlah Utbah dengan kata-katanya itu, Utbah telah menyaksi Muhammad dan sahabat-sahabatnya beserta dengan anak Huzaifan yang sudah memeluk Islam itu sudah mampu memakan unta yang gemuk lalu beliau pun memomokkan kamu semua”.
Tapi bila mana percakapan Abu Jahal itu sampai ke pendengaran Utbah: “Demi Allah beliau sudah dipukau dan besar diri” maka kata Utbah: “Tunggulah dia akan tahu siapa yang bermegah dan besar diri, akukah atau dia?” Abu Jahal pun bergegas dan bersegera, takut-takut nanti penentangan semakin menjadi-jadi, selepas dialog itu beliau terus menghantar orang menemui Amir bin al-Hadhrami, iaitu saudara kepada Amru bin al-Hadhrami yang terbunuh di dalam pertempuran Sariyah Abdullah bin Jahsy, dengan sebutannya: “Itu dia Utbah sekutu kau, hendak pulang dengan pengikut-pengikutnya, kau sendiri menyaksikan kerja kita ini adalah menuntut bela darah terhadap saudara mu itu. Ayuh bangun carikan mana dia pencabar mu dan pembunuh saudara mu itu”. Dengan itu Amir pun segera bangun dan menunjukkan punggungnya sambil melaung: “Wahai Amru, semangat kalian pun memuncak dan bertekad untuk berperang malah mereka yakin peperangan pasti berlaku”, seruan Utbah kini musnah sudah, demikianlah keberanian mengatasi kebijaksanaan, tentangan Utbah itu hilang di awang-awangan, tidak sempat mencapai maksud dan tujuannya.
DUA PASUKAN KINI BERHADAPAN
Sebaik sahaja kaum musyrikin muncul dan dua pasukan bertentang mata, Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“Ya Allah ya Tuhanku, Ini dia Quraisy yang telah tiba penuh kesombongan dan bongkak. mencabar Kau, mendusta Rasul Engkau. Ya Allah, ya Tuhanku berilah pertolongan Mu yang Kau janjikan itu, ya Allah ya Tuhanku, biarkan mereka musnah di pagi hari ini “.
Rasulullah bersabda semasa melihat Utbah bin Rabiah yang sedang berada di tengah-tengah kaumnya menunggang unta merahnya: “Kiranya ada seorang yang baik di kalangan golongan Quraisy maka pemilik unta merah itulah yang terbaik, itupun sekiranya mereka mentaatinya necaya mereka mendapat petunjuk.”
Di saat itu Rasulullah pun bertindak meluruskan dan mengemaskan saf tentera Islam, terjadi satu peristiwa ajaib, di mana pada masa itu Baginda sedang memegang sebatang kayu buat membetulkan saf Islam, Rasulullah mendapati Suwad bin Ghaziah terkeluar dari saf, oleh Rasul, Baginda pun menekan perut Suwad dengan batang kayu tadi dengan sabdanya: “Suwad betulkan saf!” teriak Suwad: “Sakit Rasulullah. Ini kena balas balik!”, Rasulullah pun membuka perut untuk dibalas balik hentakkan dengan kayu tadi dan sabdanya: “Ayuh balas balik”. Apa lagi Suwad pun memeluk perut Baginda dan mencium serta mengucupnya bertubi-tubi. Sabda Rasul: “Apa yang membawa kau berbuat begini, wahai Suwad”. Jawab beliau: “Yang terjadi itulah apa yang tuan hamba lihat itu, Daku nak jadikan itu sebagai detik terakhir untuk ku di mana kulit ku ini telah penyentuh kulit Rasulullah”. Rasulullah pun mendoakan sesuatu yang baik untuk beliau.
Setelah selesai mengemas saf, Baginda memerintah tenteranya supaya tidak memulakan peperangan, sehinggalah mereka menerima arahan yang terakhir, kemudian sekali lagi Baginda memberi arahan khusus mengenai peperangan dengan sabdanya yang bermaksud:
“Sekiranya mereka itu berduyun-duyun, panahlah mereka, tetapi berhemat dengan anak-anak panah kamu dan jangan hunuskan pedang kamu kecuali bila mereka membanjiri kamu, lepas itu Baginda pulang semula keperteduhan khusus bersama Abu Bakr”.
Ada pun kaum musyrikin telah disuarakan oleh Abu Jahal dengan perhimpunannya, Ya Allah ya Tuhanku itu dia orang yang memutus hubungan kami, yang membawa angkara yang belum pernah kami kenalinya, musnahkan mereka di pagi ini. Ya Allah, ya Tuhan kami tolonglah mana satu yang tercinta dan tersayang pada Mu di hari ini. Dengan doa ini beliau telah menghukum dirinya sendiri.
Mengenai semua ini Allah menurunkan ayat yang bermaksud:
Jika kamu(orang-orang Musyrikin) mencari keputusan.maka telah datang kepadamu dan jika kamu berhenti itulah lebih baik bagi mudah jika kamu kembali. Nescaya kami kembali pula dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahaya.biarpun dia ‘banyak dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang beriman”.
(al-Anfaal: 19)
DETIK TERAKHIR DAN PENCETUS PEPERANGAN
Pencetus pertempuran ialah al-Aswad bin Abd aI-Asad al-Makhzumi, manusia yang ganas dan buruk pekerti, telah muncul ke hadapan sambil melaung: “Aku berjanji dengan Tuhan akan ku minum air takungan mereka, akan ku roboh takungan yang mereka bina dan aku rela mati untuk berbuat demikian”. Hamzah bin Abdul al-Muttalib pun segera keluar dan tidak lama kemudian, Hamzah secepat kilat memancung pahanya menyebabkan beliau terlentang ke belakang dengan tidak memberi kesempatan kepada beliau untuk sampai ke takungan air, namun beliau terus merangkak ke arah takungan hendak meminum juga dan untuk menunai juga sumpahannya tadi, tetapi Hamzah sekali lagi menerkam ke arahnya dengan pukulan maut, hingga tamat riwayat al-Aswad sedang beliau berada di dalam kawasan takungan untuk meminum juga air dari dalamnya.
PERTARUNGAN SATU LAWAN SATU
Kematian al-Aswad merupakan pencetus pertempuran, seterusnya tiga jaguh sekeluarga pilihan Quraisy telah keluar menawar diri untuk dicabar, mereka ialah Utbah, saudaranya Syaibah bin Rabiah dan al-Walid bin Utbah, mereka telah dijawab oleh tiga pemuda Ansar, Auf, saudaranya Muaz bin al-Harith (ibu mereka ialah Afra’) dan Abdullah bin Rawahah, tanya satria Quraisy: “Siapa kamu?” Jawab mereka: “Kami adalah lelaki Ansar.” Kata Quraisy: “Berpadanan dan setimpal, tapi kami tidak mahu kamu, yang kami hendak ialah anak bapa saudara kami, dan mereka melaung; Wahai Muhammad kemukakan kepada kami yang setimpal dari kaum keluarga kami”. Kata Rasulullah: “Ubaidah bin al-Harith, Hamzah, Ali, bangun”. Mereka pun segera ke hadapan, bila berhampiran, mereka bertanya: “Siapa kamu semua”, mereka pun memperkenalkan diri. Jawab Quraisy: “Ya, kamu adalah setimpal dan bangsawan.”
Mula-mula Abu Ubaidah di antara yang tertua dari yang ketiga-tiga mereka, tampil ke hadapan melawan Utbah bin Rabinh, kemudian Hamzah berhadapan dengan Syaibah dan Ali mencabar al-Wahid. Hamzah dan Ali langsung tidak memberi kesempatan kepada lawannya, malah kedua-dua lawan mereka terus tersungkur rapat ke tanah dengan pukulan kencang, adapun Abu Ubaidah dan pencabarnya, masing-masing terkena pukulan lawan, masing-masing tercedera, Ali dan Hamzah terus menyambar ke atas Utbah lantas membunuhnya. Mereka memapah Abu Ubaidah, sebelah kakinya terputus. Beliau meninggal dunia di al-Safra, empat atau lima hari selepas peperangan Badar, iaitu semasa kaum muslimin berjalan pulang ke Madinah dalam tempoh ini, beliau berdiam diri.
Saidina Ali menegaskan dengan bersumpah bahawa Ayat yang bermaksud:
“Inilah dua golongan (mukmin dan kafir) yang berbantahan tentang Tuhan mereka ” .
diturunkan mengenai mereka di dalam peperangan ini.
PELANGGARAN MENYELURUH
Berakhirnya pertarungan satu lawan satu merupakan permulaan yang malang terhadap kaum musyrikin, mereka telah kehilangan tiga tenaga utama dan pilihan wira penunggang kuda, malah ketiga-tiga mereka adalah di antara pemimpin Quraisy, dengan itu mereka naik berang, lantas mereka meluru ke arah tentera Islam.
Adapun kaum muslimin selepas bermunajat memohon pertolongan dari Tuhan mereka, dengan hati ikhlas berjuang kerana Allah, mereka terus berada di tempat mereka mempertahan serangan musyrikin, mereka tidak lebih dari bertindak mempertahankan diri, namun mereka berjaya, menyebabkan pihak musyrikin menerima kerugian yang parah, sambil melaung: Ahad, Ahad.
RASULULLAH MEMOHON DOA RESTU KEPADA TUHANNYA
Selepas mengemaskan saf tentera Islam, Rasulullah kembali ke tempatnya dengan bermunajat dan memohon restu kepada Allah akan janji-janjiNya yang dijanjikan itu dengan sabdanya yang bermaksud:
“Ya Allah Ya Tuhanku perkenankanlah apa yang telah Engkau janjikan, Ya Allah Ya Tuhan ku, aku memohon restu akan janjiMu itu .”
Hingga apabila peperangan memuncak, pejuangan menjadi sengit, kancah pertempuran sampai kepenghujungnya, Baginda sekali lagi memohon doa kepada Tuhannya:
“Ya Allah Ya Tuhanku sekiranya termusnah kelompok ini di hari ini nescaya Kau tidak disembah lagi, Ya Allah Ya Tuhanku sekiranya Kau kehendaki, maka Kau tidak akan disembah lagi selepas hari ini untuk selama-lamanya” .
Rasulullah bersungguh-sungguh dalam doanya, hingga terjatuh kain serban dari atas bahunya, Abu Bakr terpaksa meletakannya semula ke atas bahu Baginda dan berkata:
“Dah, cukup wahai Rasulullah dengan permintaan kau kepada Tuhan mu itu”.
Di masa itu Allah telah mewahyukan perintahNya kepada golongan malaikatNya yang bermaksud:
“Sesungguhnya Aku bersama kamu maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman. Kelak Aku akan jatuhkan rasa ketakutan ke hati-hati orang kafir “.
(al-Anfal: 12)
Dan Allah mewahyukan kepada RasulNya di bumi, Muhammad s.a.w yang bermaksud:
“Sesungguhnya Aku akan menurunkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.
(al-Anfaal: 9)
Ketibaan para malaikat, menyertai tentera Islam adalah secara berperingkat-peringkat bukan sekaligus.
PARA MALAIKAT TURUN KE BUMI
Rasulullah terlelap dan terlena sejenak, kemudian Rasulullah mengangkat kepalanya lantas bersabda:
“Terimalah berita mengembirakan ini wahai Abu Bakar, itu dia Jibrail yang berada di antara debu berterbangan”.
Di dalam riwayat Ibn Ishak menyebut: Rasulullah bersabda yang bermaksud:
“Terimalah berita yang mengembira wahai Abu Bakr. Pertolongan Allah telah melewati engkau itu dia Jibrail memegang kekang kudanya, memecutnya ke hadapan merentas debu-debu yang berterbangan itu “.
Kemudian Rasulullah keluar ke hadapan perteduhan dengan mengenakan baju besi dan menyebut ayat yang bermaksud:
“Kumpulan mereka yang bersatu itu tetap akan dikalahkan dan mereka pula akan berpaling lari”.
(al-Qamar: 45)
Seterusnya Baginda mengambil segenggam pasir dan menoleh ke arah kaum Quraisy sambil bersabda: “Musnah kalian semua” sambil melontar pasir itu ke arah Quraisy, menyebabkan tak seorang pun yang tidak terkena dengan pasir tadi, malah dengan izin Allah pasir itu terlontar ke telinga, mata, hidung dan mulut mereka semua. Dalam hal ini Allah berfirman yang bermaksud:
“Dan bukanlah engkau yang melempar ketika engkau melempar. Akan tetapi, Allah jualah yang melempar”
(al-Anfal: 17)
SERANG BALAS
Di masa itu Rasulullah mengarah tenteranya untuk membuat serangan balas terhadap tentera Quraisy dengan sabdanya: “Ayuh berkemas” dan merangsang mereka dengan semangat perjuangan. “Demi Tuhan yang jiwa aku di tangannya tak seorang pun yang memerangi mereka itu penuh kesabaran, perkiraan dengan Allah dan tidak lari, kemudian mati syahid kecuali di masukkan Allah ke dalam syurgaNya” dan sabdanya lagi: “Ayuh perolehilah syurga yang keluasannya adalah seluas petala langit dan bumi” di masa itu al-Umair bin al-Hammam mendengar kata-kata Rasulullah terus beliau bersuara: “Amboi, Amboi” demi Allah, aku mengharap diri ku ini salah seorang dari ahlinya” Jawab Rasulullah: “Kau adalah ahlinya” dengan itu beliau membawa keluar buah tamar dari uncangan sambil memakan, kemudian beliau menyebut pula, “Sampai bila hendak makan buah tamar ini, Ini tak boleh jadi” Dengan itu beliau terus mencampak buah tamarnya itu dan terus beliau bergelut sepenuhnya di dalam pertempuran hinggalah beliau syahid.
Manakala Auf bin al-Harith Ibni al-Afra’ pula bertanya Rasulullah dengan katanya: “Wahai Rasulullah apakah yang mengetawakan Tuhan dari tindakan hambaNya”, jawab Rasulullah: “Seorang yang bergelut dengan seterunya secara terdedah, baju besi yang dipakainya itu ditanggalkan dan dicampak buang, hanya menggenggam pedangnya dan terus berperang hingga jatuh syahid.”
Semasa Rasulullah mengarah serangan balas pihak seteru sudah pun tidak bersemangat lagi, keaktifan mereka bertarung pun sudah luntur, tindakan Rasulullah itu paling bijak, ianya telah memberi kesan yang mendalam pada saf kaum muslimin dan memperkukuhkan kedudukan tentera Islam, sebaik sahaja mereka menerima arahan membuat serangan, jiwa mereka membara dan bertambah cergas secergas kaum belia, dengan itu mereka membuat serangan tubi dan mengganyang barisan seteru seranapnya, pertahanan Quraisy terbadai bagaikan tikar digulung di sana sini. Kepala-kepala tercantas, badan-badan terkulai jatuh tertiarap ke bumi, tentera Islam semakin bersemangat apabila melihat Rasulullah merangsang mereka dengan pakaian baju besi sambil melaung:
“Akan kalah semua kelompok itu dan akan beredar lari”.
Kaum muslimin bersungguh-sungguh dan bermati-matian, para malaikat membantu mereka. Dalam riyawat Ibnu Said dari Ikrimah telah menyebut: Di hari itu ada kepala yang terpelanting jatuh dan tidak tahu siapa yang mengerjakannya, dan ada pula tangan jatuh dan tidak tahu siapa yang mengerjakannya dan dua puluh tangan yang terluka jatuh dan tidak tahu siapa yang memukulnya, Ibnu Abbas pula menyebut: Di ketika seorang Islam sedang mengasak musuh musyrikin yang di hadapannya tiba-tiba terdengar rembatan cemeti di sebelah atas dan suara penunggang kuda melaung: Ayuh, mara ke hadapan, wahai Haizum. Beliau pun memerhati musyrikin yang di hadapannya, orang lain pun menceritakan kisah yang sama juga, seorang Ansar telah menemui Rasulullah dan menceritakan sedikit kisah yang sama kepada Baginda, maka sabda Rasulullah s.a.w: “Memanag benar semuanya itu, dan itulah bantuan dari petala langit ketiga”. Kata Abu Daud al-Mazani: “Semasa aku sedang memburu lelaki musyrik belum sempat ku menentangnya tiba-tlba kepalanya sudah terjatuh, belum sempat lagi pedang ku mengena beliau, aku sedarlah yang membunuhnya itu bukannya aku, seorang lelaki Ansar membawa al-Abbas bin Abdul al-Muttalib tawanannya, kata al-Abbas: “Demi Allah bukan orang ini yang menawan aku, tetapi yang menawan aku seorang lelaki tangkas, berupa paras cornel menonggang kuda borek, tapi aku nampak dia bersama-sama kaum muslimin”, kata al-Ansar: “Sebenarnya daku yang menawannya wahai Rasulullah”. Jawab Baginda: “Senyap, sebenarnya kau telah dibantu oleh Malaikat yang mulia”.
IBLIS MENARIK DIRI DARI KANCAH PEPERANGAN
Iblis yang menyertai kaum musyrikin dengan menjelma sebagai Suraqah bin Malik bin Jaksyam al-Mudlaji telah mendapati kumpulan para malaikat bersama kaum muslimin melawan musuh-musuh mereka. Kaum musyrikin telah cabut lari, dan berpaling tadah, al-Harith bin Hisyam yang memegang orang yang disangka Suraqah telah menendang ke dadanya menyebabkan beliau tersungkur jatuh, kemudian ianya cabut lari, sedang kaum musyrikin melaung: “Ke mana Suraqah? Tidakkah kau mengatakan yang engkau membantu kami dan tidak akan berpisah dari kami?” Jawab Iblis: “Sebenarnya aku telah melihat sesuatu yang kamu tidak melihatnya, aku takut siksaan Allah yang amat pedih itu, Iblis lari dan mencampak dirinya ke dalam laut”.
KEKALAHAN YANG TERUK
Tanda-tanda kekalahan dan huru-hara dalam barisan musyrikin sudah mula kelihatan, manakala kaum muslimin terus membuat asakan bertubi-tubi ke hadapan tentera musuh, pertempuran hampir sampai ke penghujungnya, beberapa kelompok musyrikin telah berundur dan lari menyelamatkan diri. Bagi kaum muslimin itulah peluang terbaik untuk mereka menawan dan membunuh seteru-seteru mereka, hinggalah selesai peperangan dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. Allahu akbar.
KEDEGILAN ABU JAHAL
Setelah Abu Jahal, Taghut Quraisy terbesar melihat tanda-tanda porak-peranda di dalam barisannya beliau telah cuba sedaya upayanya untuk berkeras dan menahan arus kemaraan tentera Islam. Beliau cuba merangsang tenteranya dengan melaung kepada mereka dengan suara dan sikap yang bengis. Kami tidak akan terkalah dek penarikan diri oleh Suraqah itu, dia itu ada perjanjian dengan Muhammad, janganlah kamu gerun kerana kematian Utbah, Syaibah dan al-Walid, malah mereka semua telah mara ke hadapan lebih awal, demi al-Lata dan al-Uzza kita tidak akan balik kecuali setelah kita memberkas mereka dengan tali-tali, apakah tidak boleh dua ribu orang kamu ini membunuh seorang pun dari mereka, ayuh, musnahkanlah mereka itu sehabisnya, hingga dapat kita mengajar mereka dengan kejahatan tindakan mereka.
Namun tidak lama kemudian Abu Jahal dapat melihat hakikat kesombongannya itu, dan tidak berapa lama pula, barisan musyrikin mula retak dan berpecah di hadapan arus serangan tentera Islam. Ya! Memang tinggal segelintir sahaja dari tentera musyrikin yang bertahan di sekeliling Abu Jahal, mereka membentuk satu benteng dari barisan berpedang dan tombak di sekeliling Abu Jahal, namun kesemuanya itu tidak mampu menyekat kemaraan tentera Islam, benteng yang dibentuk itu berkecai, dan kepala Taghut itu menampakkan dirinya.
Kaum muslimin mendapati ianya sedang beligar dengan kudanya untuk menemui ajal yang sedang menunggunya, darahnya akan mengalir dari tangan dua orang anak-anak al-Ansar.
KEMATIAN ABU JAHAL
Abdul al-Rahman bin Auf menceritakan: “Sesungguhnya daku di dalam saf peperangan Badar, bila aku memerhatikan di hadapan, aku dapati di kiri dan di kananku dua orang belia masih muda, daku bagaikan tidak berasa selamat terhadap diri mereka”. Salah seorang dari mereka bertanyakan padaku dan meminta merahsiakan penyataannya itu dari kawannya yang seorang lagi, katanya: “Pak Cik tunjukkan saya mana dia Abu Jahal”, jawabku: “Anakku! Apa yang kamu hendak buat dengannya?” katanya pula: “Saya mendapat tahu yang ianya selalu memaki Rasulullah s.a.w” tambah beliau lagi: “Demi Tuhan yang nyawa ku di tanganNya, kalaulah aku ternampaknya nescaya diri ku tidak akan renggang dari dirinya, kecuali kematian sahaja yang akan meragut mana-mana satu yang lebih segera ajalnya, aku kehairanan dengan sikapnya itu”. Kata Abdul al-Rahman lagi: “Sekali lagi aku dikerling oleh pemuda yang seorang lagi dengan isyarat sambil beliau berkata kepadaku seperti pemuda yang pertama juga, daku pun terus memandang-mandang ke arah Abu Jahal yang terkial-kial di tengah-tengah orang ramai”, dan ku berkata kepada mereka berdua: “Kamu tengok tak? “Itu dia orang yang kamu bertanyakan tadi”.
Kedua-dua mereka pun menerkam dengan pedang ke arah Abu Jahal dan segera menerbangkan nyawanya, terus mereka pergi menemui Rasulullah dan menceritakan kepada Baginda, lantas Rasulullah pun bertanya: “Siapa di antara kamu yang membunuhnya? Jawab tiap dari mereka: “Saya Rasulullah”. Tanya Baginda: “Apakah kamu sudah mengesat pedang kamu?” Jawab mereka: “Tidak, Rasulullah pun melihat kepada kedua-dua pedang mereka”, maka sabda Rasulullah s.a.w: “Ya kedua-dua kamulah yang membunuhnya”. Setelah selesai peperangan Rasulullah pun menyerahkan rampasan perang kepada kedua-dua pemuda tadi iaitu Muaz bin Amru bin al-Jumahi dan Muawiz bin Afra’.
Ibnu Ishak meriwayatkan bahawa Muaz bin Amru bin al-Jumahi berkata: “Daku dengar cerita mengenai kaum musyrikin dan Abu Jahal sedang dikawal rapi, bak pokok besar yang diselaputi oleh pokok semalu yang rimbun, sukar untuk ditembus benteng pengawalan itu, beginilah gambaran pedang-pedang dan tombak-tombak yang memagar Abu Jahal”. Mereka semua melaung: “Abu al-Hakim sukar untuk sampai kepadanya.” Kata Muaz: “Bila aku mendengar laungan itu, aku terus memberi perhatian dan bertekad untuk mendapat peluang, sebaik sahaja aku mendapati kesempatan membuat pukulan terus ku menerpa dan memenggal separuh kakinya, demi Allah tiada bahasa yang dapat ku gambarkan peristiwa ini selain dari gambaran sebiji keras yang dipecahkan dengan hentakan kayu hingga berkecai kulitnya itulah gambaran yang dapat kugambarkan, di masa itu anaknya Ikrimah telah menetak aku dengan pedangnya hingga terkulai sebelah tanganku yang masih tersangkut dengan kulitku, peperangan sengit menyiksaku, sepanjang hari itu aku berperang dengan mengheret tangan ku yang terkulai itu, bila terasa membebankan sangat ku pijak dengan kakiku hingga ianya tercabut putus dari badanku”. Di masa itu Mu’az bin Afra’, melalui berhampiran Abu Jahal yang sudah cedera itu, Mu’az pun terus menggasak Abu Jahal dengan pedangnya hingga terhumban jatuh dan ditinggalkan bernyawa ikan, sedang Mu’az terus berperang hingga jatuh sebagai seorang syahid.
Setelah selesai peperangan Rasulullah s.a.w memerintah supaya dicari Abu Jahal dengan sabdanya: Siapa boleh tengok apa yang dilakukan oleh Abu Jahal, semua orang keluar mencari-cari Abu Jahal, akhirnya Abdullah bin Masud r.a menjumpainya yang masih bernyawa ikan, Abdullah meletakkan kakinya ke atas leher Abu Jahal dan memegang janggutnya untuk memenggal kepalanya dan berkata adakah Allah memalukan kau wahai musuh Allah?” Tanya Abu Jahal: “Dengan apa dimalukan aku? Tiada sebarang aib pun ke atas ku, aku tidak lebih dari seorang yang dibunuh oleh kaumnya sendiri. Atau apakah aku ini lebih dari seorang yang kamu bunuhnya?” dan katanya lagi: “Aku mahu bukan orang bawahan yang membunuh aku”, dan tanya Abu Jahal: “Hari ini suasana berpihak kepada siapa?” Jawab Ibnu Masud: “Kepada Allah dan RasulNya?” kemudian beliau berkata lagi kepada Ibnu Masud yang sedang meletak kakinya ke atas leher Abu Jahal: “Kau sedang mendaki satu tangga yang sukar wahai si pengembala kambing”. Dan memanglah sebelum ini Ibnu Masud adalah seorang pengembala kambing di Makkah.
Setelah selesai dailog di antara mereka ini Ibnu Masud pun memenggal lehernya dan dibawanya ke hadapan Rasulullah s.a.w seraya berkata: “Wahai Rasulullah, Ini dia kepala Abu Jahal musuh Allah”, jawab Rasulullah dan Baginda mengulanginya tiga kali kemudian menyebutnya lagi: “Ayuh tunjukkan daku mana dia jasad Abu Jahal itu”, kami pun pergi ke tempat jasadnya yang tersadai itu dan menunjukkannya kepada Baginda dan kemudian Baginda bersabda: “Inilah dia Firaun umat ini”.
PENAMPILAN IMAN DI DALAM PERISTIWA INI
Sebelum ini telahpun kita kemukakan dua contoh penampilan iman dan akidah, iaitu Umair bin al-Hamaman dan Auf bin al-Harith ibni Afra’, di dalam peristiwa Badar ini terserlah gambaran-gambaran perjuangan yang indah, padanya terserlah kekuatan aqidah dan kemantapan prinsip, di dalam peristiwa ini si bapa berhadapan dengan si anak, si
abang berhadapan dengan adiknya, prinsiplah yang memisahkan mereka dan pedang pula yang menceraikan mereka, yang tertewas berhadapan dengan yang menang, maka dengannya legalah dan puaslah perasaan dendam di hati.
1. Ibnu Ishak meriwayatkan dari Ibnu Abbas menceritakan bahawa Rasulullah telah berkata kepada sahabatnya: “Aku telah memastikan di mana terdapat beberapa orang dari Banu Hasyim yang menyertai peperangan bagi pihak Quraisy sebenarnya mereka itu dipaksa, mereka tidak bertujuan memerangi kita di sini, sesiapa di antara kamu yang berhadapan dengan mereka janganlah membunuh mereka, sesiapa yang menemui Aba al-Buhturi bin Hisyam janganlah membunuh beliau dan sesiapa yang menemui al-Abbas bin Abdul Muttalib janganlah membunuh beliau kerana beliau keluar secara terpaksa”. Abu Huzaifah bin Utbah pun bertanya: “Apakah harus kami membunuh bapa-bapa kami, ernak-emak kami saudara-saudara kami dan keluarga kami kemudian al-Abbas dibiarkan, demi Allah kalau ku berhadapan dengan al-Abbas pasti ku bunuhnya, atau ku tikamnya dengan pedang ini”. Kata-katanya itu sampai ke pendengaran Rasulullah (s.a.w) terus Baginda berkata kepada Umar bin al-Khattab: “Wahai Abu Hafs apakah layak muka bapa saudara Rasulullah dipukul dengan pedang? Kata Umar: “Wahai Rasulullah, biarkan sahaja daku memenggal lehernya dengan pedang ku ini, demi Allah beliau itu munafiq”.
Dengan itu Abu Huzaifah merungut: “Sebenarnya aku terus tidak merasai sejahtera dengan kata-kataku itu sejak hari ku lafazkan dan ku masih lagi takut dengannya kecuali sekiranya daku dikifaratkan dengan mati syahid”. Akhirnya beliau dikurniakan dengan kematian sebagai seorang syahid di medan peperangan di al-Yamamah.
2. Larangan untuk tidak dibunuh Abu al-Buhturi, kerana beliaulah yang menghalang kaum musyrikin dari membunuh Baginda semasa di Makkah, beliau tidak pernah menyakiti Baginda dan tidak pula melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan Baginda dan beliaulah orang yang bertindak membatalkan watiqah pemboikotan Quraisy terhadap Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib.
Namun walau bagaimanapun Abu al-Bukhturi terbunuh juga (Qada’ dan Qadar), ceritanya: al-Majzar bin Zaid al-BuIwi telah bertemu dengan Abu al-Bukhturi di dalam kancah peperangan bersama dengan kawannya yang turut berperang di sampingnya, maka kata al-Majzar wahai Abu al-Bukhturi sebenarnya Rasulullah telah melarang kami membunuh kamu. Tanya Abu al-Bukhturi: Dan juga kawan ku ini? Jawab al-Majzar: Tidak! Demi Allah kami tidak boleh kecualikannya. Jawab Abu al-Bukhturi: Demi Allah kalau demikian aku mesti mati bersamanya, mereka berdua terus menyerang. Bagi al-Majzar tidak ada pilihan selain dari membunuh kedua-duanya.
3. Abdul al-Rahman bin Auf semasa jahiliah adalah kawan kepada Umaiyah bin Khalaf di Makkah, semasa di Badar Abdul Rahman bin Auf menemui Umaiyah sedang berdiri di samping anaknya yang bernama Ali sarnbil memegang tangannya, Abdul Rahman sedang membawa baju-baju best yang telah dirampasnya bila mereka berdua terpandang Abdul al-Rahman, Umaiyah pun berkata:
Adakah kau perlukan sesuatu pada aku? Daku ini lebih berharga dari baju-baju besi yang kau tawankan itu, yang tidak pernah ku lihatnya seperti yang di hari ini, apakah kamu tidak memerlukan susu-susu?
Maksud Umaiyah bahawa sesiapa sahaja yang menawannya beliau akan bayarkan harga pembebasan diri
dengan unta-unta yang mengeluarkan susu-susu yang banyak. Dengan itu Abdul al-Rahman pun mencabut butang baju-baju besi dan memegang kedua-duanya. Dan Abdul al-Rahman pun mencerita selanjutnya: Umaiyah telah berkata kepada aku sedang ku berdiri di antara Umaiyah dan anaknya:
Siapakah orang yang bersemat dengan bulu burung kasawari di dadanya itu? Jawab Abdul al-Rahman itulah dia Hamzah Ibni Abdul al-Muttalib, jawab Umaiyah: Dialah yang telah mengganyangkan kami sepanjang peperangan.
Cerita Abdul al-Rahman: Demi Allah ketika ku sedang membawa kedua-duanya tiba-tiba Bilal terpandang Umaiyah yang bersama ku, dan Umaiyah inilah yang menyiksa beliau semasa di Makkah dahulu. Bilal menjerit:
Kepala kafir Umaiyah bin Khalaf, kalau orang boleh lepas tapi kau tidak akan lepas, kalau kau hendak lari di hari ini. Ku melaung: Wahai Bilal mereka ini tawananku. Jawab Bilal: Tidak lepas kalau hendak lari di hari ini. Kataku:
Tidakkah kau dengar wahai anak Hitam: Laung Bilal: Tidak lepas kau hendak lari. Beliau melaung selantang-lantang suaranya: Wahai Pembantu Allah, kepala kafir, Umaiyah bin Khalaf berada di sini tidak lepas, kalau orang lain lepas tapi kau tidak akan lepas, kalau hendak lari. Kata Abdul al-Rahman: Mereka semua melingkunginya, hingga jadi seperti sekepal nasi, aku cuma melindunginya sambung Abdul al-Rahman lagi: Tiba-tiba seorang lelaki memukul anak Umaiyah dengan pedangnya hingga terjatuh, di masa itu Umaiyah pun menjerit belum pernah lagi ku mendengar jeritan seperti itu, dan ku berkata: Ayuh lari dan selamatkan dirimu, dan sebenarnya tiada tempat baginya untuk menyelamatkan dirinya, demi Allah tiada suatu pun yang mampu menyelamatkan kau, dengan itti mereka mengganyang kedua-duanya dengan pedang-pedang mereka hingga selesai, menyebabkan Abdul al-Rahman berkata: Semoga Allah mengasihani Bilal, baju-baju besi rampasan perangku telah hilang, dan ku dikejutkan dengan pembunuhan ke atas tawanan ku.
Di dalam kitab “Zad al-Maad” Abdul al-Rahman telah menyuruh Umaiyah dengan katanya: Ayuh rebahkan dirimu, maka Umaiyah pun me rebahkan dirinya dan Abdul al-Rahman merebahkan dirinya ke atas Umaiyah buat melindunginya, namun mereka semua terus memukulnya dari bawah ku, hingga terbunuh. Menyebabkan kaki Abdul al-Rahman juga terkena tetakan.
4. Di peperangan Badar juga terjadi di mana Umar bin al-Khattab membunuh bapa saudaranya (Khal: bapa saudara dari pihak ibunya) al-Aas bin Hisyam bin al-Mughirah.
5. Di dalam peristiwa ini Abu Bakr al-Siddiq melaungkan kepada anaknya Abdul al-Rahman yang turut bersama kaum musyrikin dengan katanya: Mana dia hartabendaku wahai si hodoh bedebah?. Jawab Abdul al-Rahman:
Tiada yang tinggal selain kuda Dan pedang buat membunuh si beruban tua
6. Setelah kaum muslimin memegang tawanan mereka, sedang Rasulullah di dalam perteduhannya dan Sa’d bin Muaz berdiri di pintu mengawal Baginda dengan pedangnya, Rasulullah memerhati kemuka Sa’d dan mendapat sesuatu yang tidak kena padanya, dengan tindakan kaum muslimin itu. Sabda Rasulullah: “Nampaknya, bagaikan sesuatu yang tidak kena pada kau dengannya tindakan mereka itu?” Jawab beliau: “Bahkan Wahai Rasulullah. Peristiwa Badar ini merupakan kejadian pertama yang ditakdirkan Allah terhadap kaum musyrikin, aku lebih suka berlaku pembunuhan ke atas orang musyirikin daripada membiarkan mereka hidup”.
7. Di hari berkenaan pedang Akasyah bin Mahsan al-Usdi terpatah, beliau pun segera mengadu hal kepada Baginda, maka oleh Baginda diserahkan kepada Akasyah sebatang kayu, sabda Baginda: “Ayuh berperanglah kau dengan’benda ini”. Sebaik sahaja beliau mengambilnya dari Rasulullah dan diacu-acukan dengannya, tak semena-mena, ianya bertukar menjadi sebilah pedang panjang waja besinya, bermata putih dan tajam. Beliau berperang dengannya hinggalah Allah memberi kemenangan kepada kaum muslimin. Pedang itu dikenal dengan “al-A’wn” bererti pertolongan, pedang itu kekal bersama beliau dengannya beliau menghadiri pertempuran-pertempuran hinggalah beliau syahid di dalam peperangan al-Riddah dengan keadaan pedang itu kekal bersama-samanya.
8. Setelah selesai peperangan Musab bin Umair bertemu dengan saudaranya Abu Aziz bin Umair yang juga telah turut serta memerangi kaum muslimin, didapatinya sedang diberkas oleh seorang Ansar maka kata Musab kepada al-Ansar tadi: Kemaskan ikatannya kerana ibunya seorang hartawan, boleh jadi ibunya akan menebuskannya nanti, maka kata Abu Azizi kepada saudaranya Musab: Apakah itu pesanan kau terhadap ku ini? Jawab Musab: Beliau ini saudara ku bukannya kau.
9. Semasa diperintah supaya mayat-mayat kaum musyrikin dicampak ke dalam lubang, dan diseretnya mayat Utbah bin Rabiah, Rasulullah terpandang muka anaknya Abu Huzaifah yang dalam keadaan muram dan masam, sabda Rasulullah: “Wahai Abu Huzaifah! Bagaikan kau merasakan sesuatu terhadap bapa kau itu”. Jawab beliau: “Tidak! Demi Allah, wahai Rasulullah, daku tidak merasai tentang kematian ayahku itu, cuma aku ini memang mengenali bapaku sebagai seorang yang berpandangan luas, kepintaran yang waras dan kelebihan tak terbatas, sebenarnya ku mengharapkan supaya beliau dihidayatkan Allah kepada Islam, tapi setelah ku menyaksi apa yang telah menimpanya, dan kematiannya di dalam kafir, harapan ku musnah sama sekali dan inilah yang mendukacitakan daku”. Lalu Rasulullah pun mendoakan kebaikan dan mengharapkan sesuatu yang baik untuk beliau.
QURBAN KEDUA-DUA BELAH PIHAK
Peperangan berakhir dengan kekalahan yang teruk bagi pihak musyrikin dan pembukaan serta kemenangan yang menyeluruh bagi pihak muslimin. Seramai empat belas orang telah terkorban sebagai syahid, enam muhajirin dan lapan al-Ansar. Manakala kaum musyrikin telah mengalami kerugian harta benda dan nyawa amat parah, terbunuh tujuh puluh orang dan berpuluh-puluh orang yang lain menjadi tawanan, keseluruhan mereka adalah lapisan pemimpin, kepala dan ketua.
Sebaik sahaja selesai peperangan Rasulullah pun tampil ke hadapan memerhati mangsa-mangsa musyrikin dan sabdanya: “Kamu sejahat-jahat keluargaku terhadap Rasul kamu, kamu mendusta sedang orang lain mempercayai daku, kamu mengecewakan daku, sedang orang lain membantu daku, kamu menghalau daku sedang orang lain membela daku”.
Kemudian Rasulullah memerintah supaya mereka semua dicampak ke dalam lubang pengambusan Badar. Abu Talhah meriwayatkan bahawa Rasulullah memerintah supaya mencampak empat belas bangkai pemuda-pemuda Quraisy ke dalam lubang-lubang pengambusan Badar, persemadian kuncu-kuncu jahat. Selama tiga hari bila baginda melalui di situ. Rasulullah berdiri di kawasan pengambusan, di hari ketiga Rasulullah ke sana dengan tunggangannya setelah
menambat binatang tunggangannya, Baginda berjalan kaki dengan diikuti oleh para sahabatnya. Rasulullah berdiri ditepi tebing lubang dan Baginda menyeru kepada mereka yang dikambus di situ serta menyebutkan nama-nama mereka dan nama bapa-bapa mereka: “Wahai pulan bin pulan, wahai pulan bin pulan, adakah mengembirakan kamu kerana kamu mentaati Allah dan RasulNya? Sesungguhnya kami mendapati apa yang telah dijanjikan Tuhan kami itu benar”. Maka tanya Saidina Umar: “Wahai Rasulullah apakah yang tuan hamba bercakap dengan jasad-jasad yang tidak bernyawa itu?” Jawab Rasulullah: “Demi jiwa Muhammad di tanganNya. Kamu tidak lebih mendengar dari apa yang didengar oleh mereka itu”. Dan di dalam riwayat yang lain:
“Kamu tidak lebih mendengar dari mereka, cuma mereka tidak boleh menjawab”.
MAKKAH MENERIMA BERITA KEKALAHAN
Orang-orang musyrikin lintang pukang lari dari medan pertempuran, di dalam Jusaha menyelamatkan diri, masing-masing bertempiaran ke lorong-lorong dan jalan-jalan ditepian bukit menuju ke Makkah dengan perasaan tidak tahu bagaimana hendak memasuki kota Makkah, lantaran malu dan merasa aib.
Mengikut cerita Ibn Ishak dengan katanya: Orang pertama yang cedera sampai ke Makkah ialah al-Haisaman bin Abdullah al-Khuzai, pihak Quraisy yang berada di Makkah terus menyoal beliau kata mereka: Apa yang sudah terjadi? Jawab al-Haisaman: Mereka yang terbunuh ialah Utbah bin Rabiah dan saudaranya Syaibah, Abu al-Hakim bin Hisyam (Abu Jahal), Umaiyah bin Khalaf dan tokoh-tokoh yang lain yang dilaporkan oleh al-Haisaman, semasa beliau membilang tokoh-tokoh Quraisy, Sufwan bin Umaiyah yang sedang duduk di dalam Hajar Ismail menyampuk dengan katanya: Demi Allah kalau dia masih berakal dan ingat, tanyalah beliau mengenai diri ku ini maka kata mereka: Apa yang telah dilakukan oleh Sofwan bin Umaiyah. Kata al-Haisaman: Itu dia orangnya, sedang duduk di dalam al-Hijr, demi Allah sesungguhnya aku telah menyaksi bapa dan saudaranya ketika mereka dibunuh.
Abu Raf pembantu Rasulullah menceritakan: Semasa ku sebagai budak suruhan al-Abbas, masa itu cahaya Islam telah pun menyeluruh hidup kami sekalian Ahl al-Bait, al-Abbas telah memeluk Islam, juga Ummu al-Fadhl dan daku sendiri tapi al-Abbas merahsiakan keislamannya. Semasa peristiwa Badar Abu Lahab tidak turut serta, bila berita kekalahan Quraisy sampai kepadanya beliau memendamkannya, dan kini Allah memalukannya, sedang kami pula merasai sesuatu kebanggaan dan kekuatan pada diri kami, aku adalah menusia dhaif. Kerjaku membuat bijana, aku mengukirkannya di perkarangan telaga Zamzam, demi Allah semasa ku sedang mengukir bijana-bijana ku di mana Ummu al-Fadhl duduk di sampingku. Alangkah gembiranya sebaik sahaja kami mengetahui berita peperangan Badar itu, tiba-tiba Abu Lahab berjalan menyeret-nyeret kakinya dengan niat jahatnya, terus beliau duduk di atas seketui batu, belakang ku membelakanginya, semasa tengah duduk tiba-tiba orang ramai meneriak: Itu dia Abu Sufian bin al-Harith bin Abdul Muttalib telah pun tiba. Maka sahut Abu Lahab dengan katanya: Ayuh mari ke sini, demi jiwa kau! pasti ada berita. Kata Abu Rafi’: Abu Sufian pun duduk di sampingnya, orang-orang lain melingkunginya. Kata Abu Lahab: Wahai anak saudaraku cuba kau ceritakan apa kisah lanjut mengenai semua orang kita itu? Kata Abu Sufian: Apa yang berlaku, sebaik sahaja kita berhadapan dengan mereka, bagaikan kita menyerahkan bahu-bahu kita, untuk mereka membunuh kita sekehendak hati mereka, menawan kita sekehendak hati mereka, demi Allah dalam keadaan demikian aku tidak dapat mengumpulkan orang-orang kita, dalam keadaan demikian kami berhadapan dengan lelaki-lelaki serba putih memecut kuda di antara langit dan bumi. Demi Allah tak suatu pun yang ditinggalkan kesemuanya dikerjakannya.
Kata Abu Rafi’: Aku pun mengangkat hujung ketul batu yang diduduki Abu Lahab tadi dengan tangan ku sambil ku berkata: Demi Allah itulah dia yang dikatakan Malaikat. Di masa itu Abu Lahab pun mengangkat tangannya dan menempeleng mukaku sehabis tenaganya, aku lawan balik, namun beliau memaut tubuh dan merebahkanku ke tanah dan terus beliau duduk ke atas sambil memukul dan melanyakkan ku, apa nak buat aku seorang yang lemah dan dhaif, di ketika itu Ummu al-Fadhl bingkas bangun memegang seketui batu bujur dan dihentaknya ke kepala Abu Lahab hingga luka dan meneriak: Kau perlecehkannya di ketika tuannya tak ada di rumah, masa itu Abu Lahab pun bangun dan beredar dari situ dengan malu. Demi Allah Abu Lahab tidak sempat hidup lama kerana di hari ketujuh lepas kejadian beliau telah diserang sejenis kudis bernanah yang memang sial pada anggapan orang Arab, beliau mati lantaran penyakit tadi, matinya dibiarkan oleh anaknya tanpa dipedulikan, selama tiga hari tiada siapa pun mendekati atau mengambusnya, namun takut dikecam oleh masyarakat Arab kerana bersikap sambil lewa itu maka anak-anaknya pun menggali lubang untuk mengambus, itupun mereka menolak ke dalam lubang dengan ranting-ranting kayu dan melontar anak-anak batu untuk menimbus lubang pengambusan dari jarak jauh akhirnya tertimbus juga.
Demikianlah Makkah menerima berita kekalahan di medan peperangan Badar yang parah itu. lanya memberi kesan yang amat mendalam di jiwa mereka, namun mereka melarang sebarang teriak tangis tanda perkabungan untuk mengelak ejekan kaum muslimin.
Di antara cerita-cerita pelik ialah aI-Aswad bin al-Muttalib yang kehilangan tiga orang puteranya di dalam peristiwa Badar, beliau suka agar kehilangan mereka itu ditangisi, beliau seorang yang cacat penglihatan, pada masa itu beliau terdengar suara tangisan dan ratapan kematian oleh seorang wanita. Beliau menghantar budak suruhannya dengan katanya: Pergi tengok apakah dibolehkan tangisannya dan ratapan? Adakah Quraisy telah meratapi di atas kehilangan-kehilangannya? Semoga aku boleh meratapi ke atas anakku Abu Hakimah, kerana sabariku sudah kehangusan. Budak suruhan pulang sambil berkata: lanya seorang wanita menangis kerana kehilangan untanya, Aswad pun tidak tertahan lagi terus meratap dalam madahnya:
Perempuan menangis dek unta kehilangan
lena tak mengunjung ruang mata kau pula tak meratapi Bakar kematian
Kan Badar tidak membawa tuah Di Badar Banu Hasis dan Makhwm
Anak Abu al-Walid menjadi tawanan Tangislah dek kehilangan Uqail
Asad singa Arab meratapi Harith Semuanya tiada setara ratapan
Abu Hikmah, tiada bandingan Selepas kematian kalian mengarah
Tanpa Badar masakan kalian memerintah.
AL-MADINAH MENERIMA BERITA KEMENANGAN
Sebaik sahaja kaum muslimin mencapai kemenangan, Rasulullah pun mengutus dua pemberitahu berita gembira kepada penduduk al-Madinah, buat melapor berita segera
dan terkini mengenai perkembangan mutakhir di medan pertempuran, Abdullah bin Rawahah diutus kepada penduduk al-Aliah dan Zaid bin Harith kepada penduduk al-Safilah.
Kaum Yahudi dan Munafiqin telah menyebar berita-berita palsu, di antaranya berita pembunuhan Rasulullah (s.a.w). Kebetulan pula seorang munafiqin melihat Zaid bin Harith menunggangi unta Rasulullah al-Qaswa. Apa lagi mereka pun cepat-cepat menyebar berita kematian Rasulullah dengan katanya: Muhammad (s.a.w) telah terbunuh, Unta itu kami kenali, dia kepunyaan Muhammad (s.a.w), si Zaid itu pulang ke Madinah, kerana kekalahan hingga tidak tahu hendak menceritakan peri ketakutan yang melandanya. Setibanya dua orang utusan Rasulullah itu, kaum muslimin pun segera melingkungi mereka dan mendengar cerita-cerita lanjut, dengan itu pastilah mereka kemenangan yang muktamad kepada kaum muslimin, maka keriangan dan kegembiraan pun terbayang di setiap wajah, di bumi al-Madinah bergegar dengan laungan tahlil dan takbir, pimpinan Muslimin yang berada di Madinah keluar beramai-ramai ke jalan arah Badar, untuk memberi tahniah kepada Rasulullah dengan kemenangan yang agung itu.
Kata Usamah bin Zaid: Berita kemenangan kaum muslimin itu sampai kepada kami, setelah kami selesai meratakan tanah kubur Rokiah binti Rasulullah, isteri Uthman bin Affan (r.a), kerana Rasulullah memerintah daku mengganti Baginda untuk menjaga puterinya bersama Uthman bin Affan.
TENTERA RASULULLAH BERGERAK MENUJU KE MADINAH
Selepas peperangan Rasulullah tinggal di Badar selama tiga hari, sebelum bergerak pulang berlaku sedikit perselisihan pendapat mengenai pembahagian harta rampasan, tetapi setelah perselisihan menjadi parah Rasulullah pun memerintah supaya semua rampasan yang di dalam tangan mereka dipulangkan semula, mereka semua pun akur dan patuh. Setelah itu wahyu pun turun bagi mengatasi perselisihan yang berlaku.
Ubbadah bin al-Samit meriwayatkan: Kami keluar bersama-sama Rasulullah (s.a.w), daku mengikuti peperangan Badar bersama Baginda, setelah pertempuran berlaku di antara dua pihak dan berakhirlah peperangan dengan kekalahan musuh Allah, malah sebahagian tentera Islam terus memburu saki baki musuhnya yang lari bertempiaran, menyelamat diri masing-masing. Sebahagian yang lain mengumpul rampasan-rampasan yang ditinggalkan itu, manakala sekumpulan yang lain pula sedang mengeHlingi Rasulullah mempertahankan diri baginda dari diserang, hingga apabila malam tiba, semua orang berhimpun di suatu tempat hingga berkatalah mereka yang mengumpul harta rampasan tadi: Sebenarnya kamilah yang mengumpulkan semua harta rampasan ini, siapa pun tidak berhak mengambilnya, namun mereka yang memburu seteru yang lari berkata: Bukan kamu yang lebih berhak dari kami, kerana kamilah yang memburu seteru habis-habisan dan kamilah yang menghalang mereka. Maka berkatalah mereka yang mengawal Rasulullah: Kami ini mengawal Rasul kerana takut-takut baginda diserang oleh seteru. Dalam Suasana begini maka turunlah ayat Allah yang bermaksud:
“Mereka bertanyakan kamu mengenai harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertaqwalah kepada Allah dan perbaiklah hubungan di antara sesama mil, dan taatlah kepada Allah dan RasulNya, jika kamu adalah orang-orang yang beriman “.
(al-Anfal: 1)
Dengan ini Rasulullah pun, membahagikan rampasan tadi di antara kaum muslimin.
Setelah tiga hari Rasulullah di Badar baginda mengerakkan tentera ke Madinah bersama-sama dengan orang-orang musyrikin yang menjadi tawanan, mereka dibawa bersamanya harta-harta rampasan perang, di mana Abdullah bin Kaab dilantik seba&ai amir yang bertanggungjawab ke atas rampasan-rampa’ian. Setibanya di segenting al-Safra’ Baginda singgah di dataran yang terletak di antara segenting dan al-Naziah, di situ Baginda membahagikan harta rampasan di kalangan kaum muslimin, setelah baginda mengambil seperlima darinya.
Bila sampai ke al-Safra’ Baginda (s.a.w) mengarah supaya dibunuh al-Nadr bin al-Harith, beliaulah pembawa panji kafir musyrikin di Badar, beliau merupakan sejahat penjenayah Quraisy, sejahat-jahat manusia yang mengecam Islam, dan beliau juga orang yang menyakiti Rasulullah, beliau dibunuh oleh Saidina Ali bin Abi Talib.
Setelah sampai ke “Irq al-Zibyah” Baginda memerintah supaya membunuh Uqbah bin Abi Muit, kerana seperti yang telah diperkatakan, beliaulah orang yang bertanggungjawab menganiayai Rasulullah, mencampak pundi najis sembelihan ke atas kepala Rasulullah, semasa
baginda bersolat, dan beliau juga pernah mencekik leher Rasulullah dengan kainnya, hampir-hampir membunuh Rasulullah, kalau tidak dicelah oleh Abu Bakr, setelah diperintah untuk dibunuh. beliau merayu: Siapalah yang akan menjaga anak-anak kecil wahai Muhammad? Jawab baginda: Api menjaganya. Akhirnya beliau dibunuh oleh Asim bin Thabit al-Ansari, ada pendapat mengatakan Saidina Ali yang membunuhnya.
Hukuman membunuh dua orang kepala Thaghut ini adalah kemestian dari segi undang-undang perang, kerana mereka bukan sekadar tawanan perang, malah mereka berdua adalah penjenayah perang berdasarkan kanun semasa.
PERUTUSAN MENYAMPAIKAN TAHNIAH
Sesampainya Rasulullah (s.a.w) ke al-Rauha’, Baginda telah disambut oleh ketua-ketua kaum muslimin, yang telah keluar beramai-ramai untuk memberi tahniah dengan kemenangan ulung itu. Setelah mereka mendapat berita yang mengembirakan itu dari dua orang utusan yang dihantarkan oleh Baginda terdahulu. Maka Salmah bin Salamah bertanyakan mereka: Apakah yang hendak kamu ucapkan kepada kami? Demi Allah, apa yang kau ketemui di sana tak lebih dari Atok-atok’ yang botak kepalanya, badan seperti unta-unta gemuk. Ungkapan itu menjadikan Rasulullah senyum riang, sabda Baginda: Wahai anak saudaraku mereka adalah golongan al-Mala’, golongan atasan.
Dan kata Usayid bin Hadir: Wahai Rasulullah, al-Hamdulillah, pujian kepada Allah, Dialah Tuhan yang memberikan kemenangan kepada tuan hamba dan berpuas hatilah dengannya, demi Allah wahai Rasulullah, sebenarnya tidak nadir ku bersama Rasulullah ke Badar itu, kerana dalam sangkaan ku tuan hamba tidak akan bertemu dengan musuh tetapi yang ku sangka ialah Qafilah yang membawa barangan perniagaan, kalau ku tahu ianya musuh pasti tidak ku lepaskan peluang ini, jawab Rasulullah: Ya kata-kata mu itu benar.
Setelah itu Rasulullah pun memasuki al-Madinah sebagai seorang yang memperolehi kejayaan dan kemenangan, kini baginda ditakuti musuh-musuh di sekeliling al-Madinah, ramai pula orang Madinah memeluk Islam, malah Abdullah bin Ubai dan pengikutnya pun memeluk Islam secara zahir.
Tawanan perang memasuki al-Madinah sehari selepas Baginda sampai, mereka dibahagi-bahagikan di antara sahabat baginda, semasa pembahagian baginda berpesan supaya bertindak baik terhadap mereka, di masa itu para sahabat memakan tamar sedangkan tawanan dilayan dan diberi roti mematuhi pesanan Rasulullah (s.a.w).
PERMASALAHAN TAWANAN
Setibanya di Madinah terus Baginda mengambil pendapat para sahabat mengenai tawanan perang itu. Pendapat Abu Bakr: Wahai Rasulullah, tawanan ini pada umumnya, mereka adalah anak-anak saudara dan sanak keluarga, juga taulan, pada pendapat hamba kita berikan peluang mereka untuk ditebus, hingga dengan nilai yang kita ambil itu akan menjadi satu kekuatan untuk menentang kuasa kafir. Dan semoga Allah memberi taufiq dan hidayat kepada mereka nanti, kelak mereka menjadi kekuatan penyumbang kepada kita. Kata Rasulullah (s.a.w): Apa pula pendapat mu wahai Ibnu al-Khattab? Jawab Saidina Umar: Pendapat hamba tidak seperti pendapat Abu Bakar, bagiku dalam sangkaan ku tuan hamba tidak akan bertemu dengan musuh tetapi yang ku sangka ialah Qafilah yang membawa barangan perniagaan, kalau ku tahu ianya musuh pasti tidak ku lepaskan peluang ini, jawab Rasulullah: Ya kata-kata mu itu benar.
Setelah itu Rasulullah pun memasuki al-Madinah sebagai seorang yang memperolehi kejayaan dan kemenangan, kini baginda ditakuti musuh-musuh di sekeliling al-Madinah, ramai pula orang Madinah memeluk Islam, malah Abdullah bin Ubai dan pengikutnya pun memeluk Islam secara zahir.
Tawanan perang memasuki al-Madinah sehari selepas Baginda sampai, mereka dibahagi-bahagikan di antara sahabat baginda, semasa pembahagian baginda berpesan supaya bertindak baik terhadap mereka, di masa itu para sahabat memakan tamar sedangkan tawanan dilayan dan diberi roti mematuhi pesanan Rasulullah (s.a.w).
PERMASALAHAN TAWANAN
Setibanya di Madinah terus Baginda mengambil pendapat para sahabat mengenai tawanan perang itu. Pendapat Abu Bakr: Wahai Rasulullah, tawanan ini pada umumnya, mereka adalah anak-anak saudara dan sanak keluarga, juga taulan, pada pendapat hamba kita berikan peluang mereka untuk ditebus, hingga dengan nilai yang kita ambil itu akan menjadi satu kekuatan untuk menentang kuasa kafir. Dan semoga Allah memberi taufiq dan hidayat kepada mereka nanti, kelak mereka menjadi kekuatan penyumbang kepada kita. Kata Rasulullah (s.a.w): Apa pula pendapat mu wahai Ibnu al-Khattab? Jawab Saidina Umar:
Pendapat hamba tidak seperti pendapat Abu Bakar, bagiku kadar dari tiga ribu dirham hingga empat ribu dirham dan ada kadar seribu dirham, tawanan dari penduduk Makkah menebus secara mukatabah, menebus diri didasarkan persetujuan dengan tuannya sedang penduduk al-Madinah tidak sedemikian, malah ada di antara mereka yang tidak dapat membayar tebusan tetapi diberi pilihan untuk mengajar sepuluh orang anak-anak orang Islam setelah anak-anak itu mahir maka dibebaskannya. Beberapa orang tawanan telah dianugerahkan pembebasannya oleh Rasulullah, tanpa pembayaran tebusannya. Di antara mereka ialah: al-Muttalib bin Hantab, Saifi bin Abi Rifaah dan Abi Uzzah al-Jumahi.
Manakala Ali bin Abi Talib pula membebaskan birasnya Abi al-Aas dengan syarat beliau harus melepaskan Zainab, Zainab pula telah mengirim wang untuk tebusan Abu al-Aas suaminyanya, beliau menghantar kalungan yang pernah bersama Khadijah dahulu, Khadijah memberinya semasa perkahwinannya dengan Abu al-Aas, bila Rasulullah terpandangnya, hati Baginda menjadi lembut, lantarannya Baginda meminta izin para sahabatnya untuk membebaskan Abu al-Aas, mereka semua pun mengizinkannya. Dan Rasulullah mengenakan syarat kepada Abu al-Aas iaitu supaya membebaskan Zainab, di mana beliau pun menepati janjinya, menyebabkan beliau turut berhijrah, bertepatan dengan hijrahnya, Rasulullah mengutus Zaid bin Harith dan seorang dari al-Ansar, pada mereka Rasulullah berpesan:
Kamu tunggu di “Batn Ya’jaj” sehingga Zainab melewati kamu dari sana iringilah beliau ke Madinah, mereka berdua pun keluar hingga dapat bertemu dengan Zainab dan membawanya pulang. Kisah hijrahnya panjang dan menyedihkan.
Di antara yang tertawan ialah Suhail bin Amru, beliau merupakan ahli pidato yang petah, kata Umar:- Wahai Rasulullah: Cabutkanlah dua batang gigi depannya, maka akan terjelirlah lidahnya hingga dengan itu beliau tidak berupaya lagi untuk membuat rapat umum menentang Rasulullah (s.a.w), tetapi Rasulullah menolak permintaan Umar itu, kerana baginda tidak mahu mencacat hina tawanan dan mengelak dari balasan Allah di akhirat.
Saad bin al-Nu’man telah keluar ke Mekah untuk menunai umrah, namun beliau telah ditahan oleh Abu Sufian, sedang anaknya Amru bin Abi Sufian menjadi tawanan, dengan itu mereka melepaskan anaknya Amru menyebabkan Abu Sufian pun membebaskan Saad.
AL-QURAN BERBICARA SEKITAR PEPERANGAN BADAR
Di sekitar tajuk peperangan Badar ini Allah menurunkan surah al-Anfal, surah ini merupakan huraian lanjut Ilahi – (sekiranya ungkapan ini sah disebut) mengenai peristiwa Badar, ulasan yang amat berlainan sekali dengan ulasan yang biasa dibuat oleh raja-raja atau pemimpin-pemimpin selepas sesuatu kemenangan.
Allah (s.w.t) menarik perhatian kaum muslimin, pertamanya mengenai kecuaian-kecuaian dan beberapa kekurangan akhlak susila yang masih menjiwai mereka, ini adalah di antara yang terpamer keluar pada tindakan-tindakan mereka, semoga dengan pernyataan Ilahi ini mereka dapat memperbaiki dan mentazkiahkannya.
Disusuli pula dengan perbicaraan langsung kepada kemenangan yang mendapat bantuan dari Allah dan sokongan-sokongan ghaib kepada kaum muslimin sekalian, Allah menyebut semua ini agar mereka tidak tertumpu dan terpesona dengan keberanian dan kehandalan mereka, akhir nanti mereka terasa bongkak dan sombong serta takbur. Malah agar mereka bertawakkal dan berserah serta mematuhi Allah dan RasulNya (a.s).
Kemudian al-Quran menjelaskan kepada mereka matlamat dan tujuan mulia mereka yang Rasulullah harungi ke kancah pertarungan yang penuh dramatik lagi mengagumkan. Allah (s.w.t) menunjukkan kepada mereka perangai-perangai dan akhlak-akhlak susila yang boleh membawa kepada kemenangan di dalam pertempuran tadi.
Kemudian Allah menujukan khitabNya(seruan) kepada golongan musyrikin munafiqin Yahudi dan tawanan-tawanan perang dengan memberi nasihat yang berkesan, menunjukkan mereka supaya menyerah dan tunduk kepada kebenaran.
Setelah itu Allah menunjukkan khitabNya kepada kaum muslimin mengenai persoalan rampasan, Allah menetapkan kaedah dan prinsip persoalannya.
Seterusnya Allah menetapkan landasan dan disiplin peperangan dan keamanan, kerana masa sudah menuntut hal demikian, oleh kerana dakwah Islamiah sudah memasuki fasa dan marhalah yang memerlukankannya, agar peperangan-peperangan orang Islam berbeza dari peperangan orang jahiliah, supaya orang Islam dapat memperlihatkan nilai-nilai akhlak mulia dan norma-norma susila yang unggul, hingga dengan itu akan terbukti kepada dunia bahawa Islam bukan sekadar teori semata-mata, malah Islam membudayakan penganut-penganutnya dengan disiplin-disiplin dan prinsip-prinsip amalan seperti mana yang diserukan kepadanya.
Setelah semua itu barulah al-Quran meletakkan akta-akta dan butir-butir perundangan negara Islam yang memuat garis pemisah dan perbezaan di antara orang-orang Islam yang tinggal di dalamnya dan orang-orang Islam yang tinggal di luarnya.
Dalam tahun kedua hijrah difardukan puasa Ramadhan dan zakat fitrah. Padanya juga dijelaskan kadar nisab zakat-zakat harta lain, tugasan mengeluarkan zakat fitrah dan penentuan kadar zakat-zakat lain merupakan jalan keluar untuk meringankan bebanan yang ditanggung oleh sebahagian besar kaum Muhajirin, di mana mereka ini adalah golongan fakir yang tidak berkemampuan untuk bergerak di bumi Allah ini.
Seperti satu kebetulan yang direncanakan Allah di mana hari raya pertama yang disambut oleh umat Islam awal, dalam sejarah hidup mereka ialah Syawal tahun kedua hijrah, iaitu selepas kemenangan muktamad umat Islam di dalam peperangan Badar. Betapa indahnya hari raya yang membawa seribu satu kebahagiaan terhadap anugerah Allah (s.w.t) kepada hambaNya, selepas satu perjuangan yang mereka hadapi dengan penuh semangat yang gigih, betapa indahnya pemandangan sembahyang raya fitrah, kesemua keluar dari rumah masing-masing di pagi hari dengan laungan takbir tahmid dan tauhid bergema di angkasa al-Madinah, hati-hati mereka mekar dengan rindu dan cintakan Allah Rabul al-Jalil, cintakan kepada keredhaanNya dan rahmatNya setelah dilimpahi dengan nikmat-nikmatNya yang tak terkira itu di samping sokonganNya dan pertolongan yang amat diperlukan itu, untuk itu maka al-Quran memperingatkan mereka yang bermaksud:
“Dan ingatlah ketika kamu sedikit bilangannya serta tertindas di bumi, kamu takut orang-orang mencoiek kamu, maka Allah memberi kamu tempat bermastautin dan diperkuatkan kamu dengan pertolonganNya serta dikurniakan kamu dan rezeki-rezeki yang baik-baik supaya kamu bersyukur”